Jumat, 22 Juli 2011

SEMANTIK


 SEMANTIK.
1. Pengertian Semantik.
Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk makna atu arti kata.
Sebuah bentuk baik frasa, klausa atau kalimat terdiri dari dua lapis:
*. Lapis bentuk.
*. Lapis makna.
Lapis ini ada baiknya tidak dikacaukan dengan lapis musis dengan lapis statis.
*. Lapis musis berupa intonasi kalimat, melody kalimat.sedangkan
*. Lapis tatis, yaitu unsur-unsur kata-kata yang membentuk kalimat.
Makna yang muncul pada tataran morfologi seperti bentuk meja dan meja tulis.
Makna yang muncul pada tataran sintaksis seperti meja tulis kepunyaan ayah dan sekarang sudah rusak.
2. Jenis-Jenis makna.
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual.
  1. Makna Leksikal
Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.
  1. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun.
Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
  1. Makna Generik
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit.
Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan.
  1. Makna Spesifik
Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit.
Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
  1. Makna Asosiatif
Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap.
  1. Makna Konotatif
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.

  1. Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa.
  1. Makna Stilistik
Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.
  1. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.
Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan.
  1. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal.
  1. Makna Kontekstual
Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
  1. Makna Gramatikal
Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
  1. Makna Tematikal
Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan 
14.  Makna Denotatif merupakan makna kata yang sebenarnya, makna yang belum terhubung dengan dengan factor-faktor lain.
15.  Makna deskriptif merupakan makna yang ditujukan oleh lembaga itu sendiri dan makna tersebut berlaku sesuai dengan keadaan masyarakat pemakai bahasa. Contoh tolong bawa air = air putih.
16.  Makna ekstensi merupakan makna yang mencakup semua ciri objek atau konteks, mencakup semua makna atau kemungkinan makna yang muncul dalam ide. Contoh mayat ditemukan tanpa kepala berarti hidung, mata , telinga wajah hilang tak bisa ditanya.
17.  Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap si pembicara terhadap apa yang dipikirkan atau yang dirasakan. Menjurus kepada rasa negative.
18.  Makna Greflekter adalah makna yang muncul dalam kalimat yang konseptual yang jamak, muncul reaksi kita terhadap makna yang baik. Tidak saja muncul karena sugesti, emotional tetapi juga yang berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu. Contoh pendidikan seks dalam keluarga.
19.  Makna Ideasional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Contoh: proses akselerasi pembangunan sudah saatnya kita laksanakan untuk itu partisipasi masyarakat sangat diharapkan. Akselerasi dan partisipasi = percepatan dan ide kerja sama.
20.  Makna Pictorial adalah
21.  Makna proporsional adalah makna yang muncul apabila seseorang membatasi pengertian tentang sesuatu. Contoh sudut siku-siku = 90◦, lancip = 60 derajad.
22.  Makna Pusat
23.  Makna Referensial
24.  Makna Sempit
25.  Makna Tekstual
26.  Makna Umum
Makna Dalam Kata.
 Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi. Kata adalah satuan ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi (cf. Ramlan, 1983:28). Dalam KBBI (Depdikbud:451) kata bermakna unsure bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, ujar, bicara, morfem atau kombinasi morfem yang bebas/dapat berdiri sendiri. Ciri kata menurut Bloomfield (1933:78) menggunakan kebebasan berdiri dendiri di dalam ujaran. Hockett (1958:167) menggunakan jeda dan dapat diisolasi. Reichling (1935:35) momen bahasa, dapat dipisahkan, dipindahkan dan ditukar. De Groot (1864:117) berpendapat cirri kata adalah berdiri sendiri dan bermakna.
Bentuk Kata.
Bentuk kata dalam BI adalah bentuk dasar atau leksem (lexem) yang bermakna leksikal, paduan leksem, bentuk berimbuhan, bentuk berulang, bentuk majemuk, bentuk yang terikat konteks kalimat, akronim dan singkatan..
Makna dalam leksem merupakan makna leksikal yang terdapat dalam leksem yang berwujud kata, yang makna leksikalnya dapat dicari dalam kamus. Ada leksem yang tidak dapat ditentukan makna leksikalnya sebelum diberikan imbuhan misalnya juang, alir, sandar d.l.l.Hal ini telah didaftarkan oleh Harimurti (1989:219-232)sebanyak 1,282 leksem.
Makna paduan leksem
Leksem = satu kata. Paduan leksem = dua kata atau lebih. Paduan leksem (kompositium) merupakan calon kata majemuk. Makna  Paduan leksem merupakan makna yang masih dapat dirunut atau ditelusuri dari unsure-unsur yang membentuknya.Misal daya juang, adi daya, abdi masyarakat d.l.l. Sedangkan makna kata majemuk gabungan dua morfem yang menimbulkan makna baru. Ciri-cirinya tidak dapat: diperluas, disela, diubah strukturnya, dan dijauhkan (cf. Alwi, dkk, 1993:165). Selain itu menurut (Harimurti (1989:104-105) 3 ciri yang membedakan kata majemuk dengan unsure yang lain, yaitu ketaktersisipan, ketakterluasan, dan ketakterbalikan. Misal rumah sakit, meja makan, jatuh bangun, bunuh diri, d.l.l.                                                                       
Kata majemuk berarti termasuk paduan leksem (kompositium) namun paduan leksem belum tentu termasuk kata majemuk.

           
A.      Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat).
Contoh:
rumah                    : bangunan untuk tempat tinggal manusia
makan                    : mengunyah dan menelan sesuatu
makanan               : segala sesuatu yang boleh dimakan
Makna leksikal kata-kata tersebut dimuat dalam kamus. Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).
Contoh:
berumah                                : mempunyai rumah
rumah-rumah       : banyak rumah
rumah makan       : rumah tempat makan
rumah ayah          : rumah milik ayah

B.      Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna dasarnya.
Contoh:
merah                    : warna seperti warna darah.
ular                         : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik.
Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna dasar                                        Makna tambahan
(denotasi)                                              (konotasi)
merah    : warna   ……………………….    berani; dilarang
ular         : binatang  ……………………..menakutkan/ berbahaya
Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi.
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif.
Contoh:
Konotasi positif                                    Konotasi negatif
suami istri                                              laki bini
tunanetra                                               buta
pria                                                         laki-laki
Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra.

C.      Hubungan Makna
1.       Sinonim
Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Contoh:
a.       yang sama maknanya
sudah  -  telah
sebab  -  karena
amat    -  sangat
b.       yang hampir sama maknanya
untuk – bagi – buat – guna
cinta – kasih – sayang
melihat – mengerling – menatap – menengok
2.       Antonim
Antonim ialah kata-kata yang berlawanan maknanya/ oposisi.
Contoh:
besar      ><  kecil
ibu          ><  bapak
bertanya                >< menjawab
3.       Homonim
Homonim ialah dua kata atau lebih yang ejaannya sama, lafalnya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:
bisa I      : racun
bisa II     : dapat
kopi I      : minuman
kopi II     : salinan
4.       Homograf
Homograf adalah dua kata atau lebih yang tulisannya sama, ucapannya berbeda, dan maknanya berbeda.
Contoh:
tahu        :  makanan
tahu        :  paham
teras       :  inti kayu, pejabat teras
teras       :  bagian rumah
5.       Homofon
Homofon ialah dua kata atau lebih yang tulisannya berbeda, ucapannya sama, dan maknanya berbeda.
Contoh:
bang dengan bank
masa dengan massa
6.       Polisemi
Polisemi ialah suatu kata yang memilki makna banyak.
Contoh:
a.       Didik jatuh dari sepeda.
b.       Harga tembakau jatuh.
c.        Peringatan HUT RI ke-55 jatuh hari Minggu.
d.       Setiba di rumah dia jatuh sakit.
e.       Dia jatuh dalam ujiannya.
7.       Hiponim
Hiponim ialah kata-kata yang tingkatnya ada di bawah kata yang menjadi superordinatnya/ hipernim (kelas atas).
Contoh:                  Kata bunga merupakan superordinat, sedangkan mawar, melati, anggrek, flamboyan, dan sebagainya merupakan hiponimnya. Hubungan mawar, melati, anggrek, dan flamboyan disebut kohiponim.

D.      Makna Idiomatis
Idiom ialah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan unsur makna yang membentuknya.
Contoh:
                    (1) selaras dengan              (2) membanting tulang
      insaf akan                              bertekuk lutut
      berbicara tentang                 mengadu domba
Pada contoh (1) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang, dengan kata-kata yang digabungkannya merupakan ungkapan tetap. Jadi, tidak tepat jika diubah atau digantikan, misalnya menjadi:
                                selaras tentang
insaf dengan
berbicara akan
Demikian pula contoh (2), idiom-idiom tersebut tidak dapat diubah misalnya menjadi:
membanting kulit
bertekuk paha
mengadu kambing

E.       Perubahan Makna
1.       Perluasan Makna (generalisasi)
Perluasan makna ialah perubahan makna dari yang lebih khusus atau sempit ke yang lebih umum atau luas. Cakupan makna baru tersebut lebih luas daripada makna lama.
Contoh:
makna lama                                          makna baru
bapak: orang tua laki-laki                  semua orang laki-laki yang lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi.
saudara: anak yang sekandung       semua orang yang sama umur/ derajat.

2.       Penyempitan Makna (Spesialisasi)
Penyempitan makna ialah perubahan makna dari yang lebih umum/ luas ke yang lebih khusus/ sempit. Cakupan baru/ sekarang lebih sempit daripada makna lama (semula).
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
sarjana                  : cendikiawan       .               lulusan perguruan tinggi
pendeta                 : orang yang berilmu           guru Kristen
madrasah              : sekolah                                sekolah agama Islam

3.       Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tingg/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna lama.
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
bung       : panggilan kepada orang laki-laki  panggilan kepada pemimpin
putra       : anak laki-laki                                      lebih tinggi daripada anak
juara       : menang dalam penyabungan ayam      berprestasi dalam perlombaan
4.       Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama.
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
bini: perempuan yang sudah dinikahi             lebih rendah daripada istri/ nyonya
bunting: mengandung                                        lebih rendah dari kata hamil

5.        Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru.
Contoh:
makna lama:                                         makna baru:
amplop  : sampul surat                       uang sogok/pelicin
bunga    : kembang                             gadis cantik
Mencatut: mencabut dengan catut   menarik keuntungan

6.       Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya.
Contoh:
suaranya terang sekali       (pendengaran penglihatan)
rupanya manis                     (penglihat perasa)
namanya harum                  (pendengar pencium)

F.       Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan kata khusus ialah kata yang sempit/ terbatas ruang lingkupnya.
Contoh:
Umum        :   Darta menggendong adiknya sambil membawa buku dan sepatu.
Khusus      :   Darta menggendong adiknya sambil mengapit buku dan sepatu.
Umum        :   Bel berbunyi panjang tanda pelajaran habis.
Khusus      :   Bel berdering panjang tanda pelajaran habis.

G. Lambang tetap, acuan berubah.
Disebabkan karena keterbatasan manusia, sedang di sisi lain manusia diburu oleh waktu untuk harus berkomunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam perkembangan bahasa, kadang-kadang terdapat lambang yang tetap (kata tetap) tetapi acuannya berubah. Misalnya
Kereta api dahulu memang dihubungkan dengan kereta yang benar-benar dijalankan dengan api atau kayu baker. KIni, meskipun kereta api tidak aijalankan lagi dengan menggunakan kayu bakar, lambangnya tetap yakni kereta api.
Layer, berlayar. Dahulu dihubungkan pergi ke tempat lain melalui laut, danau atau sungai dengan menggunakan perahu yang memakai layer. Kini, kata berlayar tetap dipertahankan meskipun orang berlayar tidak lagi menggunakan perahu yang memakai layer. Kini orang berlayar sudah menggunakan kapal laut atau perahu motor.
Kata pujangga, dahulu bermakna ular, kemudian bermakna sarjana. Kini, dihubungkan dengan keahlian menciptakan roman, novel, atau puisi. Memang, dewasa ini terdapat kata sastrawan, novelis, penyair tetapi kata pujangga belum hilang dari pemakaian.
Kata sejarah (bahasa arab sejar=ratu)semula bermakna pohon yang digunakan untuk menggambarkan silsilah keturunan raja-raja. Kini, lambing atau kata sejarah masih digunakan tetapi acuannya sudah lain missal sejarah Indonesia, sejarah Gorontalo d.l.l.
Kata penggembira. Bermakna orang yang bias mendatangkan kegembiraan bagi orang lain. Kini kata penggembira lebih banyak dihubungkan dengan mereka yang mengikuti musyawarah sesuatu organisasi, tetapi mereka ini tidak mempunyai hak untuk berbicara.
Urutan kata juru kunci pada waktu dahulu bermakna orang yang biasa memegang kunci tuan tanah atau pedagang besar yang pekerjaannya menutup dan membuka gudang penyimpanan barang. Kini, urutan kata juru k

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

PERUBAHAN MAKNA
Faktor-faktor yang memudahkan perubahan makna:
a.       Terjadi karena kebetulan.
Dulu, kata rawan berarti tulang rawan (muda &lembut), kini dihubungkan dengan kekurangan, seperti rawan pangan. Mudah menimbulkan gangguan keamanan (rawan perampokan, pencurian, dan rawan kecelakaan). Tempat yang tidak mendukung organisasi peserta pemilu, sehingga muncul urutan kata daerah itu rawan.
       b. Terjadi karena kebutuhan baru.
Misalnya kata car adalah puisi kuno untuk kata chariot (kereta perempuan), kini muncul kata car dalam bahasa Inggris yang maknanya bukan puisi kuno lagi. Dahulu kata berlayar bermakna menggunakan perahu layar untuk bepergian melalui laut, kini maknanya berubah. Orang yang bepergian dengan kapal laut dan pesawat terbang disebut berlayar meskipun keduanya tidak menggunakan layar.
b.      Terjadi karena tabu.
Tidak senonoh atau mengakibatkan malapetaka bila dilafalkan. Kata kakus kurang wajar diucapkan aplagi saat orang makan karena bisa membayangkan hal-hal yang menjijikkan. Sehingga kata kakus diganti dengan kamar kecil atau kamar belakang. Meskipun secara harfiah maknanya tidak sama dengan kakus, tetapi pemakai bahasa Indonesia sudah paham. Kata harimau tabu diucapkan oleh orang yang sedang mencari hasil hutan sehingga kata harimau diganti dengan kata nenek.
Menurul Ullmann (1972:192-197) Faktoryang memudahkan perubahan makna:
1.      Bahasa itu berkembang.
Dulu kata juara bermakna orang yang memimpin atau menang dalam penyabungan ayam (makna peyoratif), kini kata juara dihubungkan dengan orang yang mendapatkan peringkat dalam perlombaan, seperti juara MTQ, juara olahraga renang dll. (makna amelioratif).
2.      Makna kata itu kabur atau samar-samar maknanya.
Kata a lot berarti liat, tidak mudah putus. Dialek Jakarta a lot bermakn keras, kenyal misalnya daging. Dalam bahasa Jawa a lot berarti liat. Jika dihubungkan dengan tanah liat tentu tidak sesuai. Kini kata a lot bermakna lambat atau pelan. Contoh pembahasan rancangan undang-undang itu berlangsung a lot.
3.      Kehilangan motivasi (loos motivation)
Dulu kata ajang bermakna tempat untuk makan sesuatu, missal piring. Kini masih menunjukkan tempat, tetapi bukan tempat makan. Contoh ajang diskusi, ajang pertempuran dll.
4.      Adanya kata-kata yang bermakna ganda (polysemy).
Contoh kata lempung yang bermakna ringan atau lunak dan mudah patah missal kayu, bias juga bermakna lemah sekali, tidak berguna sedikit pun. (Depdikbud 1993:582).
5.      Dalam konteks yang membingungkan (in ambiguous countexts)
Contoh, mi, ini baru mi. Orang Ujung Pandang jika mengatakan mi, maka yang dimaksud bukanlah mi yang biasa dimakan, tetapi kata mi berfungsi sebagai penghalus. Seperti kata “ini mi! ini mi yang kau minta “. “Anak anjing Abdullah mati kemarin” siapakah yang mati? Karean konteks kalimat ini membingungkan.
6.      Struktur kosa kata.
Ada kata baru tetapi adapula kata yang hanya maknanya berubah.
Beberapa hal penyebab perubahan makna ( Ullmann (1972:198-210).
·        Faktor kebahasaan (linguistic causes)
Faktor ini meliputi fonologi seperti sahaya (budak) menjadi saya, morfologi seperti bermain menjadi bermain-main, sintaksis seperti Ali dipukul Dani berarti yang memukul adalah Dani, sebaliknya Dani memukul Ali, yang dipukul adalah Ali.
·        Faktor kesejarahan (historical causes)
Meliputi faktor objek, seperti perkembangan kata betina menjadi watina kemudian fon t berubah menjadi fon n sehingga menjadi wanita, faktor institusi, seperti RW dan RT dulu hanya dihubungkan dengan kerukuna antar warga dan tetangga, kini selain itu berkembang menjadi suatu institusi atau lembaga, faktor ide, seperti simposium. Dulu dihubungkan dengan ide untuk bergembira, kini dihubungkan dengan pertemuan ilmiah.
·        Faktor sosial
Seperti gerombolan, dulu maknanya orang yang berkumpul atau kerumunan orang (amelioratif/positif), kini kata ini kurang disukai karena selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau.
·        Faktor psykologi.
Dirinci menjadi faktor emotif (emotive factor), kata-kata tabu.
      Faktor kebutuhan kata yang baru.
       Faktor bahasa asing.
Bahasa Belanda aandeel (andil, saham), belasting (pajak), documentatie (dokumentasi), kans (seni, persuratkabaran. Bahasa Inggris distortion (distorsi, penyimpangan), incident (insiden, peristiwa), paper (kertas, kertas kerja).
Jenis Ambiguitas.
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) ; 1 sifat atau hal yang berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2 ketidaktentuan; ketidakjelasan; 3 kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; 4 kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: hlm.27).
Ambiguitas berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut ketaksaan (Alwi, 2002:36). Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Tidak dapat dipungkiri keambiguan yang mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi saat pembicaraan lisan ataupun dalam keadaan tertulis.
Saat pembicaraan lisan mungkin dapat diantisipasi dengan pengucapan yang agak perlahan, sedangkan untuk yang tertulis apabila kurang sedikit saja tanda baca maka kita akan menafsirkan suatu kalimat atau kata menjadi berbeda dari makna yang diinginkan oleh penulis. Dari sudut pandang linguistik murni, ada tiga bentuk ambiguitas, yaitu :
1.1 ambiguitas fonetik,
1.2 ambiguitas gramatikal
1.3 ambiguitas leksikal (Ullmann, diadaptasi Sumarsono, 2007:2002).
Berikut adalah penjelasan tentang ketiga jenis dari ambiguitas itu :
1.1 Ambiguitas pada tingkat fonetik (bunyi)
Ambiguitas pada tingkat ini terjadi karena membaurnya bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan. Terkadang kita bisa saja salah menafsirkan makna suatu kata atau frasa karena saat percakapan frasa atau kata itu terlalu cepat diucapkan. Misalnya :
a Kata ”kapan emas kawinnya?” dapat ditafsirkan salah bila kita tidak memperhatikan konteksnya. Apabila pengucapannya terlalu cepat, itu bisa ditafsirkan menjadi kapan emas kawin (benda) akan diberikan kepada pengantin misalnya atau mungkin penafsirannya ke arah kapan seseorang yang dipanggil mas (kakak laki-laki) tersebut akan menikah.
b Kalimat ”Yang berdiri di depan kakak ibu”. Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
1.2 Ambiguitas pada tingkat gramatikal
Ambiguitas gramatikal muncul ketika terjadinya proses pembentukan satuan kebahasaan baik dalam tataran morfologi, kata, frasa, kalimat ataupun paragraf dan wacana. Ambiguitas kata yang disebabkan karena morfologi akan hilang dengan sendirinya ketika diletakkan dalam konteks kalimat yang benar. Berikut adalah contoh ambiguitas gramatikal :
a. Ambiguitas yang disebabkan oleh peristiwa pembentukan kata secara gramatikal. Misalnya kata tidur setelah mendapat awalan pe- berubah menjadi penidur. ”Penidur”, kata ini dapat berarti orang yang suka tidur dan dapat juga berarti obat yang menyebabkan orang tertidur.
b. Ambiguitas pada frase. Contoh, orang tua dalam bahasa Indonesia dapat bermakna orang tua kita yaitu ibu dan ayah, atau orang yang sudah tua. Untuk menghindari ambiguitas ini, kita harus menambahkan unsur penjelas seperti: orang tuaku atau orang tuanya untuk frase yang mengacu kepada ayah dan ibu. Sedangkan untuk makna yang kedua dapat ditambahkan kata “yang” maka menjadi orang yang sudah tua.
1.3 Ambiguitas pada tingkat leksikal
Setiap kata dalam bahasa dapat memiliki makna lebih dari satu. Akibatnya, orang sering kali keliru menafsirkan makna suatu kata. Jadi, makna suatu kata dapat saja berbeda tergantung dari konteks kalimatnya sendiri. Seperti kata menggali yang digunakan dalam bidang perkebunan akan berbeda maknanya jika digunakan dalam bidang hukum atau keadilan. Contoh dalam kalimat: “petani sedang menggali tanah dibelakang rumahnya”. Akan berbeda maknanya dengan kalimat “Polisi sedang berusaha menggali informasi dari saksi mata”.

TEORI SASTRA


1. Pengertian Teori Sastra.
Ilmu sastra merupakan ilmu yang sangat tua usianya, berawal sebelum abad ke-13 SM, yaitu pada saat Aristoteles (384 -322 SM) menulis bukunya yang berjudul POETICA yang memuat tentang drama tragedi/kesedihan.
Kesusastraan = su + sastra + ke-an
su = indah atau baik. sastra = lukisan atau karangan. Jadi kesusastraan adalah segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan ditulis dengan bahasa yang indah.
Sastra (Jacob Sumardjo) adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikian, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona/rasa tertarik/terkesan dengan alat bahasa.
Teori sastra adalah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra.
Sedangkan sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari perkembangan sastra, pembabakan (pembagian ke dalam beberapa babak) sejarah sastra indonesia.
Manusia merupakan makhluk yang belajar (agama ...terarah, ilmu...mudah, seni...indah), dan menggunakan alat. Sedangkan hewan menggunakan insting seperti penyu.
Contoh pengungkapan seni melalui:
Gerakan (seni tari), gambar atau lukis (seni rupa), bunyi (seni musik), seni bahasa (sastra) seperti teks drama, puisi dan lain-lain. Pementasan drama bukan termasuk sastra karena sudah ada pencampuran seperti dekorasi, akting,mimik d.l.l.
2. Fungsi Sastra.
~. Fungsi rekreatif, yaitu memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembacanya.
~. Fungsi didaktif, yaitu mampu mengarahkan/mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
~. Fungsi estetis, yaitu mampu memberikan keindahan bagi pembacanya karena sifat keindahannya.
~. Fungsi moralitas, yaitu mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
~. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para pembaca.
3. Genre (jenis) Sastra.
a. Sastra Non Imajinatif.
Merupakan sastra yang lebih menonjolkan unsur kefaktualan daripada daya khayalnya dan ditopang dengan penggunaan bahasa yang cenderung denotatif. Terdiri atas:
*. Essei (karangan pendek biasanya berisi ilmiah/pengetahuan, sastra,dan populer/actual).
*. Otobiografi ( riwayat hidup pengarang sendiri dan ditulis sendiri). Contoh
Kenang-kenangan Hidup karya Hamka, Ujian Masa karya Nur Sutan Iskandar, Kenang-kenangan Hidup Pangeran Djajaningrat karya P. Ahmad Djajaningrat.
*. Biografi (riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain). Contoh
Ayahku karya Hamka, Riwayat Dokter Sutomo karya A. Wahid Rata, Diponegoro karya Mr. Moh Yamin.
*. Memoar (sepenggal riwayat hidup berisi pengalaman).
*. Catatan harian. Contoh Peristiwa Holocaust (pembantaian Yahudi).
*. Kritik.
*. Sejarah mengandung unsur imajinasi. Contoh penggambaran peperangan di Gunung Halimun.
*. Surat-surat yang memiliki nilai estetis/keindahan.
b.   Sastra Imajinatif.
Sastra imajinatif merupakan sastra yang lebih menonjolkan unsur khayali daripada unsur faktual, namun tidak terkesan dibuat-buat karena terjadi perpaduan proses pemikiran dan imajinasi. Terdiri dari:
*. Puisi terdiri dari puisi epik/yang bercerita, puisi lirik/yang menyuarakan isi hati, dan puisi dramatik/yang ditulis seperti teks drama.
*. Prosa/fiksi naratif terbagi 3: novel/roman, novelet/novel pendek, cerpen/short story.
*. Drama terbagi 2: drama prosa (tragedi, komedi,melodrama) dan drama puisi. Teks drama merupakan sastra karena diungkapkan lewat bahasa saja sedangkan theater tidak karena tidak melalui bahasa saja namun sudah diperagakan (akting, dekorasi, mimik d.l.l).
4. Perbedaan Prosa dan Puisi.
Prosa merupakan karangan bebas tidak terikat dengan bait, tidak memiliki irama, bahasanya cenderung denotatif. Sedangkan
Puisi merupakan bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama selalu terikat oleh kaidah seperti jumlah baris tiap-tiap baitnya, jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya, mempunyai irama karena ada rima, dan persamaan bunyi kata serta bahasa cenderung konotatif dan menimbulkan ambigu/banyak makna/makna multi ganda.
Penyair besar Indonesia: Amir Hamzah, Chairul Anwar, Willibrordus Surendra (W.S. Rendra).
5. Unsur Intrinsik dan Ektrinsik Karya Sastra.
a. Unsur Intrinsik.
Merupakan unsur yang menyusun/membangun karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Meliputi:
~. Isi.
*. Tema atau pokok persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra.
Tema mayor adalah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan sedangkan tema minor adalah tema yang tidak menonjol.
*. Amanat/makna/pesan adalah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra/pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Makna niatan yaitu makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya sedangkan makna muatan yaitu makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.
~. Bentuk/struktur.
*. Alur/plot.
Merupakan jalan cerita dari sebuah prosa yang wujudnya berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu saling berkaitan atau rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh.
Alur terdiri atas beberapa bagian:
-. Pola alur.
Perkenalan/awal yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
Pertikaian yaitu terjadinya konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
Perumitan/gawatan yaitu konflik tokoh-tokohnya semakin seru.
Klimaks/puncak yaitu saat puncak konflik diantara tokoh-tokohnya.
Peleraian yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
-. Jenis alur.
Secara kuantitatif.
Alur tunggal (menceritakan satu tokoh/tokoh saya dari awal s.d akhir.
Alur ganda (menceritakan banyak pelaku dari awal s.d akhir).
Secara kualitatif.
Alur erat (tidak bisa dipisahkan).
Alur longgar (bisa dibuang sebagian cerita tanpa mempegaruhi) contoh kisah 1001 malam.
*. Padaan atau pengarang membuat pembaca menjadi penasaran terhadap cerita.
*. Perwatakan dan Tokoh (pelaku).
Tokoh utama merupakan tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Terdiri dari 2 :
-. Tokoh datar (Flash Character) merupakan tokoh yang hanya menunjukkan satu segi misalnya baik atau buruk saja dari awal s.d akhir.
-. Tokoh bulat (Round Character) merupakan tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya (ada perkembangan).
Dari segi kejiwaan dikenal 2 tokoh:
-. Tokoh Intrvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya.
-. Tokoh Ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya.
Dalam karya sastra dikenal pula:
-. Tokoh protagonis tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
-. Tokoh antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya atau tokoh yang bertentangan dengan tokoh utama.
Perwatakan atau penokohan adalah tekhnik atau cara-caranya menampilkan tokoh, yaitu:
-. Secara analitik yaitu cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang/pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh secara langsung.
-. Secara dramatik yaitu cara menampilkan tokoh tidak secara langsung, tetapi melalui gambaran ucapan perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh lain dalam suatu cerita.
Percakapan ada 4 jenis yaitu:
-. Dialog adalah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh.
-. Duolog adalah cakapan antara 2 tokoh saja.
-. Monolog adalah bentuk cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi.
-. Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
Fungsi dialog:
Mendukung alur atau jalan cerita.
Mendukung karakter atau perwatakan pelaku atau tokoh.
Mendukung latar atau setting.
*. Latar atau Setting.
Merupakan tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Terdiri dari:
-. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Contoh di sungai terjadi tahun 60-an.
-. Latar sosial ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Contoh kelas ekonomi bawah, menengah, dan atas atau elit.
Pelataran adalah tekhnik atau cara-cara menampilkan latar.
*. Pusat Pengisahan (foint Of View).
Merupakan sudut pandang suatu cerita dikisahkan oleh pencerita/pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Pusat pengisahan ada 4:
-. Pengarang sebagai orang pertama. Contoh cerita dangan tokoh saya.
-. Pengarang sebagai tokoh bawahan (pengarang berada pada pelaku tambahan).
-. Pengarang sebagai orang ketiga (pengarang tidak terlibat dalam cerita namun duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
b. Unsur Ekstrinsik.  
Unsur ekstrinsik prosa fiksi adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra seperti nilai sosiologi, nilai kesejarahan, nilai moral, nilai psikologi. Ia merupakan nilai subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial,motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Pada gilirannya unsur ekstrinsik yang sebenarnya ada di luar karya sastra itu, cukup membantu para penelaah sastra dalam memahami dan menikmati karya yang dihadapi. Pengalaman mendalam dan pengenalan unsur ekstrinsik tersebut memungkinkan seseorang penelaah mampu ,menginterpretasikan karya sastra dengan lebih tepat.
Unsur tingkat nilai penghayatan dalam prosa fiksi adalah neveau anorganik, neveau vegetatif, neveau animal, neveau humanis, dan neveau metafisika/ transendental.

FONOLOGI


FONOLOGI.
1. Pengertian Fonologi.
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang bunyi bahasa.
Fonologi dibagi atas dua bagian:
~. Fonetik yaitu ilmu yang menyelidiki dan menganalisis bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari cara menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
~. Fonemik yaitu ilmu yang mempelajari bunyi ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Bunyi bahasa merupakan hal yang diartikulasikan, kemudian membentuk gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.
Fon merupakan bunyi yang dikelurkan oleh alat bicara tanpa melihat fungsinya sebagai pembeda arti.
Bunyi bahasa dilihat dari sudut ujaran atau tuturan (parole).
Berdasarkan proses kejadian bunyi bahasa, dibedakan atas 3 jenis:
~. Fonetik artikulatoris (organik/pisiologis).
Mempelajari bagaiman mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia dalam menghasilkan bunyi bahasa. Guru bahasa harus menguasai ini agar bunyi tepat.
~. Fonetik akuistis.
Mempelajari bunyi bahasa sebagai gejala qisis yang berupa getaran udara. Hal ini erat dengan perekaman, radio, piringan hitam dan lain-lain.
~. Fonetik auditoris (pendengaran, syaraf).
Mempelajari bagaiman mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Erat kaitannya dengan dunia kedokteran dan dalam proses mendengar dan menyimak.
2. Produksi Bunyi Bahasa.
Komunikasi lisan melibatkan alat ucap sedangkan komunikasi tulisan tidak.
Faktor yang terlibat ada 3:
*. Sumber tenaga (udara yang dialirkan keluar dari paru-paru).
*. Alat ucap/artikulator (bagian dari alat ucap yang dapat digerakkan/digeserkan untuk menimbulkan suatu bunyi).
*. Rongga pengubah getaran/titik artikulasi (bagian dari alat ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator).
Tempat/alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru antara lain, batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung.
Alat-alat ucap yang memiliki fungsi:
Paru-paru, batang tenggorok, pangkal tenggorok, pita suara, krikoid, tiroid, lekum, aritenoid, epiglotis, akar lidah, tengah lidah, pangkal lidah, daun lidah (lamina), ujung lidah (apex), tekak, langit-langit lunak, langit-langit keras, gusi, gigi atas, gigi bawah, bibir atas, bibir bawah, mulut, rongga mulut, rongga hidung.
3. VOKAL.
Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat hambatan/halangan.
Klasifikasi vokal: a, e, ê, i, o, u.
Vokal a adalah vokal pusat rendah tak bundar.
Vokal e adalah vokal depan tengah tak bundar.
Vokal ê adalah vokal pusat.
Vokal i adalah vokal depan tinggi tak bundar.
Vokal o adalah vokal belakang, tengah tak bundar.
Vokal u adalah vokal pusat, tengah tak bundar.
Vokal tergantung pada posisi bibir, tinggi rendahnya lidah, maju mundurnya lidah dan tidak tergantung dari kuat lembutnya udara.
a. DIFTONG.
Diftong (vokal rangkap) adalah 2 vokal berurutan yang diucapkan dalam satu waktu.Contoh pantai, ramai, pulau, kerbau, asoi, amboi dan lain-lain.
Diftongnisasi adalah bunyi monoftong (bunyi tunggal) yang dapat berubah menjadi diftong. Contoh sentosa → sentausa, anggota → anggauta. Sedangkan
Monoftongnisasi adalah diftong yang diubah menjadi bunyi tunggal/monoftong. Contoh ramai → rame, pantai → pante, pulau → pulo dan lain-lain.
Diftong ada 2:
~. Diftong menurun adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoik itu diucapkan : *. Bersonoritas contoh pulau → pulaw.
                   *. Kurang bersonoritas bahkan mengarah ke bunyi non vokoik.
~. Diftong menaik adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoik itu diucapkan: *. Kurang atau menurun sonoritasnya dan mengarah ke bunyi non vokoik.
                  *. Menguat sonoritasnya contoh dalam bahasa Prancis mwa → moi, sabwa → sebuah.
4. KONSONAN.
Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat hambatan/halangan.
Klasifikasi konsonan.
Pembentukan konsonan:
*. Berdasarkan dari artikulator dan titik artikulasinya:
~. Konsonan bilabial.
Konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Seperti [b], [p], [m].
~. Konsonan labio-dental.
Konsonan yang dihasilkan mempertemukan gigig atas sebagai titik artikulasi dan bibir atas sebagai artikulatornya. Seperti [f], [v].
~. Konsonan lamino/apiko alveolar.
Konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, daun lidah menempel pada gusi. Seperti [t],[d].
~. Konsonan dorso velar.
Konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velom/langit-langit lunak. Seperti [k], [g].
~.Konsonan hamzah/glotal.
Konsonan yang terjadi dengan posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glotsis, seperti [?].
~. Konsonan laringal.
Konsonan yang dihasilkan dengan pita suara terbuka lebar sehingga udara yang keluar digesekkan melalui glotsis, seperti [h].
*. Berdasarkan halangannya/konsonan cara artikulasi.
~. Konsonan hambat.
Konsonan yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru sama sekali dihalangi, seperti [p], [k], [b], [d], [j], [g].
~. Konsonan gesek/friaktif.

Konsonan yang terjadi apabila udara yang keluar dari paru-paru digesekkan, seperti [s], [p], [x], [h], z.
~. Konsonan lekwida.
Konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui ke-2 sisi lidah, seperti [l].
~. Konsonan getar/trill.
Konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke alveolum atau pangkal gigi, seperti [r].
~. Konsonan semi vokal.
Konsonan yang dihasilkan pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, contoh [w], [y].
*. Berdasarkan turut tidaknya pita suara bergetar.
~. Konsonan bersuara, yaitu pita suara turut bergetar, sepaerti [b], [d], [n], [g], dan [w].
~. Konsonan tak bersuara, yaitu bila pita suara tidak bergetar, seperti [p], [t], [c], [k].
*. Berdasarkan jalannya.
~. Konsona oral, yaitu udara keluar melalui rongga mulut, seperti [p], [b], [k], [d], dan [w].
~. Konsonan nasal, yaitu udara yang keluar melalui rongga hidung, seperti [m], [n], [ny], [ng].
a. KLUSTER.
Kluster atau konsonan rangkap ( 2 atau lebih) merupakan bagian dari struktur fonetik atau fonotatik yang disadari oleh penuturnya.
2 konsonan:
pl ( i ) → pluit, plural, pluralisme,plonco, planet, plaza d.l.l.
tr (it) → trauma, tragis, tradisi,transmigrasi d.l.l.
kw (w) → kwintal, kwartet, kwartal d.l.l.
kl ( i ) → klitoris, klausa, klasik, kliwon d.l.l.
3 konsonan: erat kaitannya dengan bahasa kedokteran dan biologi, seperti str (strategi) (strategis), sky, spr, skl.
5. Perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia.
~. Asimilasi.
Merupakan proses 2 bunyi yang tidak sama/berbeda menjadi sama. Seperti top → stop. Asimilasi terbagi 2:
*. Asimilasi berdasarkan tempat dar fonem:
-.  Asimilasi progresif, yaitu bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
-.  Asimilasi regresif, yaitu bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan. Contoh in + moral menjadi inmoral > imoral.
                               ad + similiato menjadi assimiliasi > asimilasi.
*. Asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri:
-. Asimilasi total yaitu 2 fonem yang disamakan dijadikan serupa betul, seperti ad + salam menjadi assalam > asalam.
-. Asimilasi parsial yaitu 2 fonem yang disamakan hanya disamakan sebagian saja, seperti in + port menjadi import > impor.
~. Desimilasi.
Merupakan proses 2 bunyi yang sama menjadi tidak sama atau berbeda.
lauk-lauk menjadi lauk pauk. sayur-sayur menjadi sayur mayur.
~. Suara bakti.
Merupakan bunyi yang timbul antara 2 fonem dan mempunyai fungsi untuk melancarkan ucapan suatu kata. Contoh: gurauan terdengar timbul bunyi w. Pakaian terdengar timbul bunyi y. Pulau terdengar timbul bunyi w.
~. Modifikasi.
Merupakan perubahan bunyi vokal sebagai akibat dari pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Contoh: balik [bali?], kokoh [KOKOH], tokoh [ToKOH].
~. Netralisasi.
Merupakan perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh lingkungan. Contoh: adab – sebab, arap – rusap, sedap – sedap.
~. Zeroisasi.
Merupakan penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan. Contoh: tak, ndak – tidak, gimana – bagaimana, pigi –pergi.
~. Metatesis.
Merupakan perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata menjadi 2 bentuk kata yang bersaing. Contoh: kerikir → kerikil, brantas → bantras, jalur → lajur.
~. Anaptiksis.
Merupakan perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal tertentu diantara 2 konsonan untuk memperlancar ucapan. Contoh putra → putera, putri → puteri, bahtra → bahtera, sloka → seloka.
~. Diftongnisasi adalah bunyi monoftong (bunyi tunggal) yang dapat berubah menjadi diftong. Contoh sentosa → sentausa, anggota → anggauta. Sedangkan
~. Monoftongnisasi adalah diftong yang diubah menjadi bunyi tunggal/monoftong. Contoh ramai → rame, pantai → pante, pulau → pulo dan lain-lain.
6. INTONASI.
Intonasi yaitu kerja sama antara tekanan, nada, tekanan waktu, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur dari awal hingga ke perhentian akhir.
Macam-macam intonasi yaitu intonasi berita, intonasi pertanyaan, intonasi harapan, intonasi perintah, dan lain-lain.
Intonasi tidak merupakan suatu gejala tunggal tetapi dari perpaduan bermacam-macam gejala yang lazim disebut tekanan, nada, dan perhentian.
~. Macam-macam tekanan.
*. Tekanan dinamik yaitu tekanan keras yang diletakkan atas sebuah suku kata dan mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Contoh: rêfuse = sampah, refûse = menolak.
*. Tekanan tinggi atau nada/fix.
Nada berkenaan dengan rendahnya suara.
Ada 5 macam nada:
-. Nada naik/meninggi yang biasanya diberi tanda garis ( ∕ ). Seperti pada saat marah.
-. Nada turun/merendah biasanya diberi tanda garis ( \ ). Seperti pada saat sedih.
-. Nada datar biasanya diberi tanda garis (- ).
-. Nada naik turun/meninggi lalu merendah diberi tanda garis (^).
-. Nada turun naik/merendah lalu meninggi diberi tanda garis (v).
kāu = kutu busuk. kau = kera.
*. Tekanan kuantitas yaitu tekanan yang terjadi karena suatu vokal diucapkan lebih panjang dari vokal yang lain. Contoh bhara = yang mengandung.
                                                            bhāra = muatan.
~. Tekanan dalam bahasa Indonesia.(buku pintar)
*. Tekanan keras atau stres.
Contoh: perumahan (suku kata mah terdengar lebih keras dari bagian lain).
*. Tekanan dinamik.
Macam-macam tekanan dinamik:
-. Tekanan dinamik silabis yaitu tekanan dinamik yang terdapat dalam suatu kata serta diletakkan atas suatu suku kata yang berfungsi membedakan arti.
-. Tekanan dinamik kata yaitu tekanan yang berfungsi untuk menekannkan sepatah kata karena mendapat perhatian yang khusus.
*. Nada.
Nada dapat dibedakan menjadi 2:
-. Nada rendah yaitu nada yang dipergunakan seseorang dalam keadaan sedih.
-. Nada tinggi yaitu nada yang dipergunakan seseorang dalam keadaan marah.
*. Tekanan waktu (diukur dengan jangkawaktu).
Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tutur disebut durasi.
~. Perhentian.
Beberapa macam perhentian:
*. Perhentian sebentar. Menunjukkan bahwa tutur itu masih akan dilanjutkan. Adapula perhentian yang menyatakan suatu tutur atau bagian dari suatu tutur sudah mencapai kebulatan yang disebut perhentian antara, dilambangkan dengan tanda koma (,).
*. Perhentian akhir dilambangkan dengan tanda titik (.) atau titik koma (;).
7. JEDA/persendian.
Jeda berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar, seperti (am + bil), (pe+lak+sa+na).
Segmen silabel:
*. Jeda antar kata dalam frase diberi tanda berupa garis miring tunggal (/).
*. Jeda antar frase dalam klausa diberi tanda berupa garis miring ganda (//).
*. Jeda antar kalimat dalam wacana diberi tanda berupa garis silang ganda (#).
#buku//sejarah/baru#
#buku/sejarah//baru#.
Ada 3 macam sistem jenis tulisan dan ejaan:
*. Ejaan fonetik yaitu tulisan fonetik yang dibuat untuk keperluan studi fonetik dibuat berdasarkan huruf-huruf dari aksara lain yang ditambahkan dengan sejumlah tanda diakretik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf latin. Contoh:
r ‘ atu’ el’isabEt məresmikan Pəmb’uka?An.
*. Contoh tulisan fonemis.
/ ratu el,isabeT m(ə)resmikan p(ə)mbukaan.
*. Contoh tulisan ortografis/EYD.
Ratu Elisabeth meresmikan pembukaan.
8. Bunyi Supra Sub Mental.
Merupakan cara yang paling mudah untuk di mengerti dari sudut aqistik yakni frekuensi dan amflitudo.
Peranan ciri supra submental merupakan istilah yang digunakan dalam penandaan bahasa lisan. Dalam bahasa tulis disebut tanda baca. Ciri supra submental maupun tanda baca memegang peranan penting dalam berbahasa.
Bunyi-bunyi bahasa yang telah dipaparkan dikaji sebagai unit-unit bahasa yang berdiri sendiri. Bunyi-bunyi itu menyangkut beberapa aspek:
~. Nada (tinggi rendahnya bunyi).
~. Tekanan (keras lemahnya bunyi).
~. Tempo (panjang pendeknya bunyi).
~. Jeda (kesenyapan).
9. Silaba/silabari (pemisahan suku kata).
Dalam suku kata ada 2 teori:
~. Teori sonoritas yaitu menjelaskan bahwa suatu rangkaian bunyi bahasa yang diucapkan oleh penutur selalu terdapat puncak-puncak kenyaringan (sonoritas) diantara bunyi-bunyi yang diucapkan. Puncak kenyaringan ini ditandai dengan denyutan dada yang menyebabkan paru-paru mendorong udara keluar seperti pada bunyi bu+ dha, gandhi d.l.l.
~. Teori prominan yaitu menitikberatkan pada gabungan sonoritas (kenyaringan) dan ciri-ciri supra submental, terutama jeda/kesenyapan.
Penyukuan/silabisasi dibedakan menjadi 3 bagian:
~. Silabisasi fonetis.
Merupakan penyukuan kata yang didasarkan pada realitas pengucapan yang ditandai oleh hembusan nafas dan satuan bunyi sonor.
~. Silabisasi fonemis.
Merupakan penyukuan kata yang didasarkan pada struktur fonem bahasa yang bersangkutan. Contoh: raba → r │a │b │a │.
~. Silabisasi morfologis.
Merupakan penyukuan kata yang memperhatikan proses morfologis ketika kata itu dibentuk. Contoh: kesatuan → ke │satu │an.
10. ALOFON.
Adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem seperti bunyi│t│ │th│ .
Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis, artinya banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya.Contoh pheis, pace.
11. UMLAUT, ABLAUT, dan HARMONI VOKAL.
*. Umlaut berasal dari bahasa Jerman, artinya perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi.
Tangan → hand (inggris), handje (jerman).
*. Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa indojerman, untuk menandai berbagai fungsi gramatikal.
*. Harmoni vokal adalah keselarasan vokal terdapat dalam bahasa Turki.
Bahasa Turki kuda/kuda-kuda → at/atlar.
12. HURUF (pintar).
Huruf adalah lambang atau gambaran dari bunyi.
Manusia mengenal $ macam sistem tulisan berikut:
~. Tulisan Piktograf: urutan beberapa gambar untuk melukiskan suatu peristiwa. Contoh: pada orang Indian Mexico.
~. Tulisan silabis: suatu tanda untuk menggambarkan suatu suku kata. Contoh tulisan Jepang, Dewa Negari.
~. Tulisan fonemis: satu tanda untuk melambangkan satu bunyi.
Contoh huruf Latin, Yunani, Jerman.
~. Ideograf atau Logograf: suatu tanda atau lambang mewakili sepatah kata atau pengertian. Contoh huruf Cina.