Selasa, 29 Maret 2011

KETERAMPILAN BERBICARA.

1. Pengertian Berbicara.
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Begitu juga dengan menulis.
Berbicara secara umum adalah suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud 1984/1985).
Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (1986:15) misalnya.Berbicara adalah kemampuan mengucaokan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Berbicara merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang memamfaatkan faktor-faktor fisik (tubuh/penampilan), psykologi (psykis/kejiwaan), neorologis (syaraf), semantik (makna kata) dan linguistik sedemikian eksentif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat bagi manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Berbicara merupakan suatu sarana untuk memanifestasikan dan mengkomunikasikan pikiran, perasaan,gagasan-gagasan atau kehendak pemakainya dengan memamfaatkan semua unsur kebahasaan dan non kebahasaan yang ada.
Bagan proses komunikasi (Rofiuddin 1997).

Komunikator/sender/pembicara.

Pesan/ide.

Bahasa (lisan/tulis)

Media/channel (cetak/elektro)

Komunikan/receiver/penerima

Umpan balik/feed back/reaksi

2. Tujuan Berbicara.
Tujuan utamanya adalah berkomunikasi baik searah (contoh pidato) maupun dua arah/saling berbicara (contoh wawancara, bercakap-cakap, main drama). Selain itu sebagai alat sosial dan alat bisnis atau profesional (social tool and business or profesional tool).
Maksud umum berbicara ada 3, yaitu:
*. To inform (untuk memberitahukan/melaporkan).
*. To intertain (untuk menjamu/menghibur).
*. To persuade (untuk meyakinkan, mengajak, mendesak,membujuk).
Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara (Brooks (Tarigan 16-17) ), yaitu:
*. Membutuhkan paling sedikit 2 orang.
*. Mempergunakan sendi linguistik yang dipahami bersama.
*. Menerima atau mengakui suatu daerah refernsi umum.
*. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan.
*. Berhubungan/berkaitan dengan masa kini.
*. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
*. Hanya melibatkan aparat/perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus).
*. Secara tak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagi dalil.
Pengenalan atau pemahaman terhadap pembicara dalam proses berbicara, Woolbert dalam Tarigan (1986:17) menyatakan pembicara dalam menyampaikan pikiran/pendapatnya kepada orang lain harus memiliki dan mewujudkan 4 hal dalam dirinya, yaitu:
~. Pembicara merupakan orang yang memiliki suatu kemauan, maksud atau makna untuk dimiliki oleh orang lain, yaitu suatu pikiran (a tought).
~. Pembicara adalah pemakai bahasa membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata.
~. Pembicara adalah orang yang ingin disimak dan didengar menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara.
~. Pembicara marupakan orang yang harus dilihat, memperlihatkan rupa dan tindakan yang harus diperhatikan dan dibaca dengan mata.
Pribadi yang dewasa (amature personality) akan berhasil berkomunikasi dalam masyarakat. 4 keterampilan yang harus dimiliki pribadi yang dewasa sebagai berikut:
*. Keterampilan sosial (social skills).Menuntut 5 W+1H.
*. Keterampilan semantik (semantic skills).
*. Keterampilan Fonetik (phonetic skills).
*. Keterampilan vokal (vocal skills).
3. Berbicara sebagai Seni dan Ilmu.
Berbicara dibagi menjadi 2 bagian umum, yaitu:
*. The speech arts (berbicara terapan/fungsional).
*. The speech science (pengetahuan dasar berbicara).
Berbicara sebagai seni merupakan kemampuan mengaplikasikan/menerapkan atau menggunakan unsur-unsur bahasa dan non bahasa dalam kegiatan berbahasa.
Berbicara sebagai ilmu merupakan penguasaan dan pemahaman ilmu atau teori berbahasa (berbicara).
Untuk menunjang keterampilan berbahasa diperlukan pendidikan berbicara (speech education).
4. Ragam Seni Berbicara.
a. Berbicara di muka umum (publik speaking) dibagi atas:
*. Informatif speaking (berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan/melaporkan.
*. Fellowship speaking (berbicara dalam situasi kekeluargaan).
*. Persuasive speaking (berbicara dalam situasi yang bersifat mengajak, membujuk, mendesak dan meyakinkan).
*. Debilerative speaking (berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati).
b. Berbicara pada konfrensi (Conference Speaking) meliputi:
*. Group Discussion (diskusi kelompok).
*. Parliamentary procedure (Prosedur parlementer).
*. Debat (Tarigan 1986 : 22-23 ).
Group diskusi terbagi 2, yaitu:
~. Diskusi resmi (konfrensi, diskusi panel dan simposium).
~. Diskusi tidak resmi (kelompok studi/study groups, komik, kelompok pembuat kebijakan/policy making groups).
5. Metode Penyampaian Pembicaraan.
~. Impromptu delivery (metode penyampaian secara mendadak/serta merta).
~. Ekstempranous delivery (metode penyampaian tanpa persiapan).
~. Delivery from manuscript (metode penyampaian dari naskah).
~. Delivery from memory (metode penyampaian dari ingatan).
6. Penilaian Berbicara.Kemampuan
Faktor penilaian dalam berbicara Brooks (Tarigan 1986:26) ada 5, yaitu:
~. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vocal, konsonsn) diucapkan dengan tepat?
~. Apakah pola-pola intonasi, naik turunnya serta tekanan suatu kata memuaskan?
~. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang dipergunakan?
~. Apakah kata-kata yang diucapkan dalam bentuk dan urutan yang tepat?
~. Sejauh manakah kewajaran dan kelancaran (ke-native-spekear-an) yang tercermin bila seseorang berbicara.
Sedangkan menurut Arsyad 1998 : 87 faktor yang dinilai dalam menilai kemampuan berbicara ada 2, yaitu:
~. Faktor kebahasaan (linguistik), mencakup:
*. Pengucapan vokal dan konsonan.
*.Penempatan tekanan dan persendian.
*.Variasi kata, pilihan kata, dan pilihan ungkapan.
*. Penggunaan nada/irama.
*. Tata bentukan, struktur kalimat dan ragam kalimat.
~. Faktor nonkebahasaan (nonlinguistik), mencakup:
*. Keberanian dan semangat.
*. Kelancaran dan kenyaringan suara.
*. Pandangan mata, gerak-gerik dan mimik.
*. Keterbukaan, penalaran dan penguasaan topik.
7. Sikap Mental dan Penampilan Dalam Berbicara.
Pembicara harus percaya diri dan tampil tanpa komplek imperioritas (rasa takut dan kecut) yang berlebihan serta menghindari mental goyah/labil, menghindari sikap terlalu super dan angkuh sehingga bisa tampil maksimal. Selain itu pembicara harus tampil dengan sikap sopan, penuh rasa hormat, dan mau menghargai orang lain.
Penampilan pembicara harus mengena, baik berpakaian, bertingkah laku baik sikap maupun perbuatan berbahasa (segi pragmatiknya). Pembicara harus tampil dalam sosok pribadinya yang utuh dan mengenali serta memahami siapa dirinya. Sikap munafik atau gaya yang terlalu dibuat-dibuat, apalagi dipaksakan harus dijauhi.
8. Hambatan-Hambatan Dalam Berbicara.
~. Hambatan fisik yang bersifat alamiah, yaitu kekurangan atau ketidaksempurnaan alat ucap sehingga kualitas suara dan kefasihan ucapan kurang baik.
~. Hambata psykologi, yaitu kurangnya kesiapan mental (goyah/labil) dan tidak percaya diri.
~. Hambatan moral atau akhlak, yaitu mempunyai jati diri atau integritas, kepribadian yang kurang baik/tidak disenangi/dibenci.
~. Hambatan penguasaan bahasa dan penguasaan pengetahuan yang kurang memadai.
9. Faktor-Faktor Penentu dan Penunjang Keefektifan Berbicara.
a. Faktor kebahasaan, yaitu:
~. Faktor lafal (ucapan).
Sebab kesalahan atau penyimpangan lafal dapat berakibat terjadinya perubahan makna. Makna dapat bergeser dan menyimpang bahkan dapat merusak makna. Terutama terjadi pada kata-kata yang sangat berdekatan bunyinya atau sama tulisannya (homograf). Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homofon, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homograf. Contoh
Bisa(homograf),teras=pejabat,amplop=sogokan,
·  Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa = mampu)
·  Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun)
Masa (homofon), pagina, vagina, dozen,dosen, fakta, pakta,syarat,sarat, syah, sah.
·  Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
·  Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum).
Polisemi=kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu. Contoh kepala sebagai pimpinan, individu, bagian surat atau tubuh.
Hipernim=kata-kata yang mewakili banyak kata atau kata umum.contoh odol, ikan, hantu.
Hiponim=kata-kata yang terwakili oleh hipernim atau kata khusus.contoh pepsoden,ciptaden,lumba-lumba, paus, pocong, gunderowo, kuntilanak.
~. Faktor intonasi dan aksentuasi.
Perubahan makna dapat terjadi karena intonasinya berubah. Intonasi merupakan cara bertutur /berbicara dengan tinggi atau rendah, keras atau lembut, cepat atau lambat, dan adapula yang kadang-kadang berhenti sejenak.
Tekana yang dikenal dalam bahasa:
*. Tekanan dinamik, yaitu tekanan keras yang ditekankan diatas sebuah suku kata.
*. Tekanan tinggi atau nada, yaitu tekanan yang berhubungan dengan tinggi dan rendahnya suara dalam mengucapkan segmen-segmen tertentu dalam suatu ujaran.
*. Tekanan kuantitas, yaitu tekanan yang berhubungan dengan panjang pendeknya suatu vocal.
Bila diperhatikan suara yang dihasilkan pembicara dalam mengucapkan suatu kata, ternyata ada 4 macam tekanan yang dihasilkan, yaitu
*. Accent aigu ( tekanan paling keras) = “
*. Accent garve (tekanan keras) =
*. Accent circonflexe (tekanan lembut) =
*. Tekanan paling lembut =
Tekanan waktu adalah tekanan yang dapat dijangkau dengan waktu.
Perhentian suara atau jeda merupakan unsure penting dalam intonasi.
~. Faktor morfologis.
Morfem bahasa Indonesia terdiri dari morfem bebas dan morfem terikat.
_. Morfem bebas merupakan bentuk yang dapat berdiri sendiri tidak terikat dengan bentuk lain atau disebut dengan kata. Morfem ini ada yang tunggal, yaitu kata dasar yang belum mengalami proses lain dan ada pula yang kompleks, yaitu kata yang telah mengalami proses-proses lain seperti:
*. Afiksasi (pengimbuhan), contoh.pertanggungjawaban bukan pertanggungan jawab.
*. Reduplikasi (perulangan),contoh.proses dari pengimbuhan bermain-main, dedaunan,caci-maki.
*. Komposisi (pemajemukan).
_. Morfem terikat merupakan morfem yang selalu dipakai dalam bentuk terikat dengan morfem lain (morfem bebas), tidak pernah berdiri sendiri karena tidak memiliki fungsi dan arti apa-apa. Morfem terikat dibedakan atas:
*. Morfem terikat secara morfologis (golongan afiks).
*. Morfem terikat secara sitaksis (golongan kata tugas).
*. Morfem terikat yang unik.
Afiks (morfem terikat secara morfologis) dibedakan atas:
*. Prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (kombinasi afiks).
Afiks ada yang berproses secara bertahap (afiks gabungan) dan ada pula yang berproses secara sekaligus/simultan (simulfiks).
Masalah lain dalam morfologi adalah pembentukan kata majemuk.
 Kata majemuk dalam bahasa Indonesia dilihat dari sifatnya ada 2, yaitu:
*. Endosentris, yaitu kata majemuk yang mengandung satu unsure inti dalam pembentukannya.
*. Eksosentris, yaitu kata majemuk yang tidak memiliki satu unsure inti.
Kata majemuk dilihat dari strukturnya ada 3, yaitu:
*. Kata majemuk yang bersifat kopulatif (sejajar, setara, tidak terang-menerangkan).
*. Kata majemuk yang berstruktur DM (diterangkan, menerangkan).
*. Kata majemuk yang berstruktur MD (menerangkan, diterangkan).
Pembentukan kata majemuk mengakibatkan kata-kata itu menjadi padu benar (bersenyawa). Bentuk dan struktur kata majemuk yang digunakan harus mengikuti kelaziman sesuai dengan kaidah yang berlaku.
~. Faktor diksi/pemilihan kata (ketepatan dan kesesuaian diksi).
Syarat-syarat agar dapat menggunakan kata diksi dengan tepat (Tarigan 1985 : 88-89)/ketepatan diksi sebagai berikut:
*. Membedakan secara cermat denotasi (asli) dan konotasi (kias).
*. Membedakan secara cermat kata-kata yang bersinonim.
*. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaan.
*. Menghindari kata0kata ciptaan sendiri.
*. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing terutama kata asing yang menggunakan akhiran asing tersebut.
*. Mempergunakan secara idiomatic kata kerja yang menggunakan kata depan.
*. Membedakan kata umum dan kata khusus demi menjamin ketepatan diksi.
*. Mempergunakan kata-kata indra yang menunjukkan persepsi.
*. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
*. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
 Persyaratan kesesuaian diksi (Tarigan (1985 :103-104) ) sebagai berikut:
*. Menghindari sejauh mungkin bahasa atau unsure substandard dalam situasi yang formal.
*. Menggunakan kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus sedangkan dalam situasi umum menggunakan kata-kata yang popular.
*. Menghindari jargon dalam tulisan untuk pembaca yang umum.
*. Menghindari sejauh mungkin pemakaian kata asing.
*. Tidak mempergunakan kata percakapan dalam tulisan.
*. Menghindari ungkapan-ungkapan yang usang (idiom yang mati).
 *. Menjauhi kata atau bahasa yang artificial.
Selain ketepatan dan kesesuaian diksi yang perlu diperhatikan adalah gejala bahasa, gejala perubahan bentuk, dan gejala perubahan makna.
#. Gejala bahasa yang dikenal dalam bahasa Indonesia antara lain:
*. Asimilasi, yaitu penyamaan 2 fonem yang berbeda menjadi sama.
*. Disimilasi, yaitu gejala perbedaan 2 fonem yang sama.
*. Monoftongnisasi, yaitu gejala perubahan diftong menjadi monoftong.
*. Matatesis, yaitu perubahan bentuk dengan menukar posisinya dalam kata itu.
*. Anaptiksis, yaitu penambahan suatu bunyi dalam suatu kata untuk melancarkan ucapannya.
*. Aferesis, yaitu gejala-gejala penghilangan satu fonem atau lebih pada awal kata.
*. Epentesis, yaitu gejala penambahan satu fonem pada tengah kata.
*. Sinkop, yaitu penghilangan satu fonem atau lebih ditengah-tengah kata.
*. Apakop, yaitu penghilangan fonem pada bagian akhir kata.
*. Haplologi, yaitu gejala penghilangan sebuah suku kata ditengah-tengah kata.
*. Paragog, yaitu penambahan fonem pada akhir kata.
#. Gejala perubahan bentuk, yaitu:
*. Adaftasi (adaftasi fonologi dan adptasi struktur bentuk morfologis).
 *. Analogi, yaitu proses pembentukan akar baru dengan mengambil contoh kata yang ada.
#. Gejala perubahan makna meliputi:
*. Ameliorasi (menyempit, meluas, meninggi).
*. Peyorasi (merendah).
*. Sinestesia(bertukar tanggapan).
*. Asosiasi (penyamaan sifat).


Gejala perubahan makna dapat terjadi melalui perluasan, penyempitan, ameliorasi, peyorasi, sinestesia dan asosiasi.

1.Perluasan makna kata (generalisasi), terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas dari makna kata asalnya.
Contoh
Berlayar makna aslinya mengarungi lautan dengan kapal layar.
Berlayar makna sekarang mengarungi lautan dengan berbagai kapal.

2.Penyempitan makna kata (spesialisasi), terjadi apabila suatu kata lebih sempit cakupannya daripada makna asalnya.
Contoh
Sarjana makna asal sebutan untuk orang-orang berilmu.
Sarjana makna sekarang orang-orang berpendidikan S-1

3.Ameliorasi adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi daripada kata lain yang sudah ada sebelumnya.
Contoh
Kata istri lebih baik nilai rasanya dibandingkan dengan kata sebelumnya yaitu kata bini.

4.Peyorasi adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya menjadi lebih rendah daripada sebelumnya.
Contoh
Gerombolan makna asal orang-orang yang berkelompok.
Gerombolan makna sekarang orang-orang pengacau.

5.Sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran dua indera yang berbeda atau berlainan.
Contoh
Kata-katanya pedas.
Kata pedas seharusnya digunakan untuk indera pengecap tetapi digunakan untuk indera pendengaran.

6.Asosiasi adalah perubahn makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh
Amplop makna asal wadah untuk memberi uang.
Amplop makna sekarang suap


Sumber

Kosasih, E. 2006. Kompetensi ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya
~. Faktor sintaksis.
~. Faktor gaya bahasa.
Merupakan cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas memperlihatkan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 1985:13).
Keberadaan gaya bahasa dapat ditinjau dari 2 aspek:
*. Aspek nonbahasa.
Dapat ditinjau atas gaya:
Berdasarkan pengarang, masa, media, subjek, tempat, hadirin, dan berdasarkan tujuan.
*. Aspek bahasa.
Dapat dibedakan atas gaya bahasa berdasarkan:
*. Pilihan kata.
Dibedakan atas gaya bahasa resmi, tak resmi, percakapan.
*. Nada.
Dibedakan atas: gaya sederhana, mulia atau bertenaga, dan gaya menengah.
*. Struktur kalimat.
Dibedakan atas: gaya klimaks, anti klimaks, paralelisme, antitesis dan gaya repetisi.
Gaya repetisi dibedakan lagi atas:
Epizeuksis, taototes, anaphora, epistope, simploke, mesodipolis, epanalepsis, dan anadiplosis.
*. Langsung tidaknya makna.
Dibedakan atas:
Gaya bahasa retoris, dibagi atas: aliterasi, asonansi, apopasif atau pretesisio, apostrof, asyndeton, polisindeton, kiasmus, ellipsis, eufemisme, litotes, hiteron proteron, pleonasme, tautology, feripases, proplesis, erotoris atau pertanyaan retoris, silepsis atau zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbola, paradoks,oksiomoron.
Gaya bahasa kiasan, dibagi atas:
Persamaan/simile
Personifikasi/proposes
Metafora, metonimia, epite (epitete),
Alegori, ineundu, antifrasis, parable, pabel,
Pun atau paronomasia, alusia, ironi, sinisme, sarkasme,
Sinekdoke (sinecdche) dibedakan atas pars prototo dan totem proparte.
Gaya bahasa harus memiliki unsure-unsur kejujuran, sopan santun, dan menarik.
b. Faktor nonkebahasaan (Nonlinguistik).
Hal ini disebabkan karena berbicara tidak hanya bersangkut paut dengan sesuatu yang didengar, tetapi juga menyangkut dengan sesuatu yang dilihat.
~. Suara.
Pembicara harus bersuara dengan nyaring, jelas didengar dan dilafalkan dengan benar serta diatur dan diberi efek sesuai kebutuhan sehingga komunikasi berjalan secara benar, komunikatif dan efektif.
~. Sikap dan tindak/perbuatan berbahasa (Pragmatiknya).
Pembicara harus selalu menunjukkan sikap yang wajar sesuai isi, situasi dan tujuan pembicaraanSikap dan perbuatan berbahasa yang benar dapat diwujudkan melalui:
*. Gestuer, yaitu cara berbicara dengan melakukan gerakan anggota tubuh seperti gerakan tangan dan gerakan isyarat lainnya waktu berbicara.
*. Ficial Ekspression, Yaitu rona wajah seperti merah ketika marah, pucat karena takut dan sebagainya.
*. Body Orientation, yaitu cara berbicara seperti berhadap-hadapan, sebagian berdiri, sebagian duduk dan sebagainya.
*. Eye-Contacts, yaitu kontak mata antara pembicara dan pendengar.
*. Phsycical Contacts, yaitu kontak tubuh waktu berbicara seperti berpegang-pegangan, berpeluk-pelukan dan sebagainya.
~. Kesediaan menghargai pendapat orang lain.
Dalam pembicaraan yang bersifat dialogis seperti diskusi dan negoisasi sikap saling menghargai sangat penting untuk mewujudkan komunikasi yang simpatik, harmonis, dan memungkinkan pencapaian hasil yang maksimal.Selain itu orang lain akan berusaha menerima atau menghargai pendapat kita.
~. Keberanian dan kesediaan mempertahankan pendapat.
Pendapat yang harus dipertahankan adalah pendapat yang benar-benar dipahami, dikuasai, teruji, dan benar-benar diyakini kebenarannya. Sedangkan pendapat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya tidak seharusnya dipertahankan sehingga memudahkan kemunculan respek dan kepercayaan serta keyakinan terhadap pembicara.
~. Kesediaan mengoreksi diri.
Bertujuan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yangtidak menyenangkan (pendengar menunjukkan sikap yang tidak simpatik, tak acuh, mulai rebut, berbisi-bisik atau meninggalkan tempat karena mungkin ada yang kurang berkenan di hati pendengar) dengan usaha menghindari dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang belum dan telah terjadi.
~. Penguasaan masalah.
Pembicara harus menguasai masalah yang dibicarakan.Namun jika tidak dikuasai tak perlu memaksakan diri karena pembicara yang baik adalah bicara apa adanya sesuai kemampuan yang dimilikinya.
~. Kelancaran.
Pembicara yang kurang lancar, tersendat-sendat, dan terlalu lama mengingt-ngingat akan menimbulkan kesan negative dan dinilai gagal/tidak mampu berbicara.
~. Penalaran relevansi.
Kemampuan penalaran harus dikuasai diantaranya dengan prinsip berfikir ilmiah  seperti berfikir logis dan sistematis. Tujuannya kebenaran suatu persoalan yang dibicarakan akan mudah dibuktikan dan pembicara akan lebih mudah diikuti karena urutan penyampaiannya teratur , tidak berbelit-belit sehingga mudah dipahami.
Selain itu segi relevansi sangat penting karena pembicaraan yang tidak memiliki  relevansi akan menjadi  ngawur, kacau, tidak menarik, tidak mencapai sasaran dan hasil yang memuaskan.
10. Penyiapan dan Penyampaian Pembicaraan.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pembicara dalam menyiapkan suatu pembicaraan adalah:
~. Memilih topik pembicaraan.
Topik pembicaraan dapat bersumber dari hasil pemikiran, pengamatan, imajinasi baik yang berasal dari pribadi pembicara maupun yang berasal dari orang lain.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi pembicara dalam memilih topik (Rakhmat (1994:21-23) ):
*. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan  pembicara.
*. Topik harus menarik minat pembicara dan pendengar serta sesuai dengan pengetahuan pendengar.
*. Topik harus terang ruang lingkup dan batasannya.
*. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi.
*. Topik harus dapat ditunjang dengan bahan lain.
Selain itu Arsyad (1988:26-27) mengemukakan:
*. Topik yang dipilih hendaknya menarik untuk dibicarakan.
Topik ini akan lebih menarik bila:
` merupakan masalah yang menyangkut persoalan bersama.
` merupakan jalan keluar dari suatu persoalan yang tengah dihadapi.
` mengandun konflik pendapat.
` tidak melampaui daya tangkap pendengar, sebaliknya tidak terlalu mudah untuk daya tangkap intelektual pendengar.
*. Tidak jangan terlalu luas dan jangan pula terlalu sempit.
Topik yang dibahas hendaknya ada mamfaat bagi pendengar, baik untuk menambah pengetahuan atau yang berkaitan dengan profesi.
*. Topik yang dipilh hendaknya sudah dikrtahui serba sedikit dan ada kemungkinan mendapatkan bahan.
*. Tidak mengambil topic yang sama sekali tidak diketahui.
~. Menetukan tujuan.
Bertujuan umumdan khusus. Tujuan umum dibedakan atas:
`pemberitahuan (informative)
` mempengaruhi (persuasive)
` menghibur (rekreatif)
Tujuan khusus lahir dari tujuan umum yang penjabarannya tergantung  pada kepentingan masing-masing.Namaun harus diingat bahwa setiap tujuan yang dirumuskan harus dapat terealisir melalui topic yang dipilih, waktu yang tersedia, dan pendengar yang dihadapi.
~. Penyusunan kerangka.
Ada 2 kerangka (garis besar) yang dapat digunakan dalam menyiapkan suatu pembicaraan, yaitu :
` Kerangka/garis besar lengkap (full content outline).
` Kerangka/garis besar alur teknis (outline of technical plot).
Tujuannya mengontrol penggunaan waktu dan isi atau arah pembicaraan tidak tergeser dan menyimpang terlalu jauh dari yang telah ditentukan.
~. Penyampaian pembicaraan.
Yang harus dilakukan dan dipertimbangkan pembicara sebelum berbicara adalah:
*. Lngkah pendahuluan.
Beberapa hal yang harus mendapat perhatian pembicara:
` Melakukan latihan-latihan untuk memantapkan pembicaraan seperti latihan penguasaan masalah, vocal, penampilan (sikap dan tindak/perbuatan berbahasa) dan sebagainya.
` Menghilangkan rasa kecut dan takut agar dapat tampil dengan tenang.
` Memantapkan dan menjaga  agar mental tetap stabil.
` Membangun/menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat dengan cara membangun dan menjaga kredibilitas baik kredibilitas awal (Initial Credibility), kredibilitas pada saat berbicara (Derived Credibility), dan kredibilitas akhir (Teminal Credibility).
*. Penggunaan bahasa.
Pembicara harus memakai unsure-unsur bahasa secara tepat dan benar dan memperhatikan factor 5W=1H.
*. Penalaran dalam berbicara (logis dan sistematis)


Minggu, 27 Maret 2011

KETERAMPILAN MENYIMAK.


1. Pengertian Menyimak.
   Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseftif atau menerima. Begitu juga dengan keterampilan membaca.
Menyimak adalah proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh pengertian dan pemahaman untuk mendapatkan informasi dan memahami isi pesan serta ujaran yang disampaikan sang pembicara.
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra indonesia,Natasasmita Hanafi, Drs.;1995:18).
Menyimak dapat didefenisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan (Djago Tarigan; 1991: 4).
Tahapan dalam menyimak:
~. Mendengarkan (masuknya informasi/ujaran ke telinga).
~. Memahami (informasi yang masuk ke otak dapat dipahami).
~. Menafsirkan ujaran secara keseluruhan.
~. Mengevaluasi (menilai informasi berdasarkan benar atau salah).
2. Tujuan Menyimak .
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami isi pesan dan ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut:
*. Untuk memproleh atau mendapatkan fakta.
*. Untuk menganalisis fakta.
*. Untuk mengevaluasi fakta.
*. Untuk mendapatkan inspirasi.
*. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri.
Yang diharapkan dari hasil menyimak adalah :
~. Memahami informasi dari berbagai laporan. Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan dan mengomentari berbagai laporan lisan dengan memberi kritik dan saran.
~. Memahami pembacaan puisi (tema, latar, suasana, bentuk, irama,imajinasi/khayalan, gaya bahasa) kemudian menanggapinya dari segi vokal, intonasi dan penghayatan.
~. Menjelaskan unsur-unsur keindahan dalam sebuah novel.
~. Memahami informasi dari berbagai sumber yang disampaikan secara lisan.
~. Memahami pembacaan teks drama.
~. Menyimpulkan isi drama melalui pembacaan test drama.
Fungsi menyimak:
~. Deskripsi (gambaran).
Ujaran pembicara menceritakan lebih banyak dan menginginkan pendengar mengetahui lebih banyak.
~. Orientasi.
Ujaran pembicara berorientasi terhadap suatu permasalahan dan meminta pendengar untuk mengungkapkannya.
~. Spontanitas.
Ujaran pembicara bersifat langsung dan membuat penyimak menangkap isi pembicaraan.
~. Empati.
Ujaran pembicara mencerminkan ketegasan.
~. Ekualitas.
Ujaran pembicara mencerminkan persamaan antar sesama.
~. Profesional.
Ujaran pembicara mencerminkan ketepatan dan kejelasan suatu hal.
Suasana menyimak yang bersifat bertahan dari ujaran sang pembicara:
~. Evaluatif.
Ujaran yang memancing penilaian dari menyimak. Contoh. Saya akan tunjukkan pada saudara bahwa saya benar.
~. Mengawasi.
Ujaran yang membuat si penyimak mengontrol bukan tidaknya.
~. Strategis.
Ujaran pembicara memasang kuda-kuda (berhati-hati).
Superior.
Ujaran pembicara mencerminkan tinggi hati.
~. Netral.
Sifat pembicara yang bersifat adil.
~. Pasti dan tentu.
Hubungan menyimak dengan keterampilan berbahasa lainnya (berbicara, menulis, membaca):
~. Menyimak dan berbicara (komunikasi langsung dan tatap muka).
~. Menyimak dan membaca (sama-sama bersifat reseftif atau menerima).
~. Berbicara dan menulis (sama-sama mengartikan makna dan bersifat produktif).
Sehingga ke-4 keterampilan berbahasa tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dan terjadi secara terus menerus dalam suatu kaitan yang tidak terputus serta silih berganti.
Pada dasarnya sebuah berita dikembangkan dari 6 pokok, yaitu 5W+1H (what, why, where, who, when, + How).
Menyimak itu sebenarnya adalah menyimak lafal, tekanan, intonasi, jeda,kalimat baku atau tidak baku.
Unsur terkecil bahasa berupa bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajarinya disebut fonologi. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia atau artikulasi.Dalam bentuk tertulis disebut huruf. Lambang ujaran dalam bahasa Indonesia ada 2, yaitu vocal dan konsonan. Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Cara meningkatkan menyimak antara lain:
~. Bersikap positif.
~. Bertindak respontif.
~. Mencegah gangguan-gangguan.
~. Menyimak dan mengungkapkan maksud pembicaraan.
~. Mencari tanda-tanda yang akan datang.
~. Mencari rangkuman pembicaraan terlebih dahulu.
~. Meminta bahan penunjang.
~. Mencari petunjuk-petunjuk non verbal (yang bukan benda).
Kendala dalam menyimak antara lain:
~. Keegosentrisan.
~. Keinginan dalam berdiskusi.
~. Ketakutan akan perubahan.
~. Keinginan menghindari pertanyaan.
~. Puas terhadap keterampilan eksternal (luar).
~. Pertimbangan prematur.
~. Kebingungan semantik (makna kata).
Gangguan menyimak dari:
~. Dalam (berupa pikiran-pikiran).
~. Luar (misalnya kebisingan sura kendaraan).
Tekhnik pelajaran menyimak:
~. Simak ulang ucap (dalam penalaran bahasa) seperti fonem, kata-kata mutiara untuk memperkenalkan kalimat, kata-kata mutiara, pribahasa dengan jelas dan tepat.
~. Identifikasi kata kunci (untuk mencari kalimat inti).
~. Merangkum atau menyimpul.
~. Kalimat topik
~. Menyimak.
~. Bisik berantai
~. Menyelasaikan cerita.
Model pembelajaran menyimak:
~. Non verbal (visual).
~. Lisan.
~. Tulisan.
Menurut Djago Tarigan tahun 1980 hal. 50-51 model pelajaran menyimak yang diterapkan untuk siswa SMP sebagai berikut:
~. Menyimak dengar.
~. Menyimak dengar/tanya (MDTA).
~. Menyimak dengar cerita (MDC).
~. Menyimak dengar suruh (MDS).
~. Menyimak dengar teriak (MDT).
~. Menyimak dengar bisik berantai (MDBB).
~. Menyimak dengar rangkum(MDR).
~. Menyimak dengar lakukan (MDL).
~. Menyimak dengar simpati (MDS).
~. Menyimak dengar kata simon (MDKS).
3. Jenis-Jenis Menyimak.
Pengklarifikasian menyimak sebagai berikut:
a. Berdasarkan Sumber suara. Penyimak dibagi 2, yaitu
~. Intrapersonal listening (menyimak intra pribadi). Contoh Menyimak ucapan sendiri di saat merenungi nasib.
~. Interpersonal listening (menyimak antar pribadi). Contoh Bercakap dengan teman.
b. Berdasarkan Cara penyimakan. Menyimak dibagi 2, yaitu
~. Extensive Listening (menyimak ekstensif) merupakan kegiatan menyimak yang tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian yang mendalam sehingga penyimak hanya memahami secara garis besarnya saja. Menyimak ekstensif meliputi:
*. Menyimak sosial.
*. Menyimak skunder.
*. Menyimak estetik.
~. Intensive Listening (menyimak intensif) merupakan kegiatan menyimak dengan perhatian, ketentuan dan ketelitian yang mendalam sehingga penyimak memahami semua bahan simakan dengan baik. Menyimak intensif meliputi:
*. Menyimak kritis.
*. Menyimak interogatif.
*. Menyimak penyelidikan.
*. Menyimak kreatif.
*. Menyimak konsentratif.
*. Menyimak selektif.
c. Berdasarkan Tujuan menyimak. Tidyman dan Butterfield membedakan menyimak ini menjadi 6:
*. Menyimak sederhana. Contoh percakapan dengan telepon.
*. Menyimak diskriminatif (menyimak untuk membedakan suara/perubahan suara.
*. Menyimak santai (menyimak untuk tujuan kesenangan,misalnya menyimak drama).
*. Menyimak informatif.
*. Menyimak literatur (menyimak untuk mengorganisasikan gagasan,misalnya membahas hasil temuan).
*. Menyimak kritis.
d. Berdasarkan Titik pandang aktivitas penyimak dibagi 2:
~. Menyimak bertaraf rendah/silent listening.
Merupakan kegiatan menyimak yang baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan perhatian dan menunjang pembicaraan yang bersifat non verbal. Seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian melalui ucapan ya, benar dan lain-lain.
~. Menyimak bertaraf tinggi/active listening.
Penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan.
e. Berdasarkan Taraf hasil simakan.Meliputi:
*. Menyimak kreatif dan apresiatif.
*. Menyimak kritis.
*. Menyimak terpusat.Contoh aba-aba.
*. Menyimak untuk membandingkan.
*. Menyimak organisasi materi (menyimak untuk mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan baik ide pokok maupun ide penunjang.
f. Berdasarkan Tujuan khusus meliputi:
*. Menyimak diskriminatif.
*. Menyimak untuk pemecahan masalah. Contoh konsultasi kepada psykolog.
*. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan.
*. Menyimak untuk belajar.
*. Menyimak untuk menghibur.
*. Menyimak untuk menilai.
*. Menyimak apresiatif.
Menurut Anderson dalam HG Tarigan yang termasuk dalam menyimak kritis antara lain:
~. Memperhatikan ujaran-ujaran yang tepat, kata-kata, pemakaian kata dan unsur kalimat.
~. Menyimak untuk membedakan antara fakta dan pendapat/opini.
~. Menyimak untuk mengumpulkan.
~. Menyimak untuk menarik kesimpulan.
~. Menyimak untuk menarikkeputusan-keputusan.
~. Menyimak secara objektif.
Menyimak marginal seperti menyimak radio,TV.
Menyimak sportif ---- mendukung, menunjang.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak.
a. Unsur pembicara.
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematisdan kontak dengan dengan penyimak juga harus bergaya menarik/bervariasi.
b. Unsur materi.
Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermamfaat, sistematis dan seimbang.
c. Unsur penyimak/Siswa.
*. Kondisi penyimak dalam keadaan baik.
*. Penyimak harus berkonsentrasi.
*. Adanya minat penyimak dalam menyimak.
*. Penyimak harus berpengalaman.
d. Unsur situasi.
*. Waktu penyimakan.
*. Saran unsur pendukung.
*. Suasana lingkungan.
5. Ciri-Ciri Penyimak Ideal.
Menurut Djago Tarigan ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut:
~. Berkonsentrasi (penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian pada materi yang disimak).
~. Bermotivasi (mempunyai tujuan tertentu sehingga menyimak dengan baik dan kuat.
~. Menyimak secara menyeluruh (secara utuh dan padu).
~. Menghargai pembicara.
~. Selektif (harus memilih bagian-bagian yang inti).
~. Bersungguh-sungguh.
~. Tidak mudah terganggu.
~. Cepat menyesuaikan diri.
~. Mengenal arah pembicaraan.
~. Kontak dengan pembicara.
~. Merangkum, menilai dan merespon.
6. Kegiatan menyimak.
a. Proses menyimak konfrehensif (Comprehension Listening proces).
Komponen yang termasuk dalam prose menyimak:
~. Rangsang bunyi.
(Weafer 91972) memasukkan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya sebagai tipe-tipe simbol bunyi yang dapat diterima dan dimaknai oleh penyimak.
~. Penerimaan alat peraga.
~. Perhatian dan penyelesaian.
~. Pemberian makna.
b. Fungsi menyimak konferehensif (Comferehension Listening):
Berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan selanjutnya mengaitkan antara satu pesan dengan pesan lainnya agar sampai pada pemahaman yang dikehendaki.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan berkaitan dengan menyimak konferehensif:
*. Memori.
*. Konsentrasi.
*. Perbendaharaan kata.
~ .Memori.
Fungsiya:
*. Menyusn arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas.
*. Memberikan stuktur baku terhadap pemahamn pada suatu aktivitas apabila konse-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain.
*. Memberikan arah/pedoman untuk mengingat pengalaman/pengetahuan dan informasi-informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Teori-teori yang menjelaskan tentang penyebab hilangnya (lupanya) informasi yang disimpan dalam memori:
#. Fuding theory (teori pemudaran).
Informasi yang tidak sering digunakan akan memudar/perlahan-lahan hilang.
#. Distortion  theory (teori penyimpangan).
Informasi yang mirip dengan informasi lainnya tidak bisa dibedakan, yang telah disimpan diingatan.
#. Superssion Theory.
Pesan akan hilang akibat hambatan multivasional (melukai).
#. Interference Theory (teori pencampuran).
Informasi yang telah ada/didapat sebelumnya akan bercampur dengan informasi yang baru didapat.
#. Processing Break Down Theory.
Tidak satupun dari bagian-bagian informasi dapat diingat tanpa menggunakan sistem pengkodean makna ganda (sistem coding ambigu).
Menurut penelitian manusia akan lebih mengingat informasi apabila:
*. Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupan.
*. Unik/tidak wajar (dianggap lain dari informasi lain).
*. Terorganisir.
*. Berupa informasi visual.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat meningkatkan daya mengingat, menurut Montgo Mery adalah:
*. Memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan daya ingat.
*. Meningkatkan konsentrasi terhadap suatu pesan.
*. Peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.
~. Konsentrasi.
Alasan pendengar tidak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan/penuturan adalah:
*. Kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang yang terlalu lama sehinnga keadaan seperti ini menuntutnya  membagi-bagi energi untuk memperhatikan berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada suatu rangsang saja.
*. Karena pendengar salah mengarahkan energi untuk memperhatikan (attention energy).
*. Kurangnya motivasi diri.
*. Kurangnya tanggung jawab.
Bentuk standar dan kesalahan penafsiran menurut Erving Goffman meliputi:
*. Kesadaran diri.
*. Kesadaran berinteraksi.
*. Kurangnya rasa ingin tahu terhadap apa yang sedang dibicarakan.
*. Pencakupan/pemenuhan eksternal, dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulasi/rangsangan luar.
~. Perbendaharaan kata.
Diasumsikan bahwa ukuran kosa kata merupakan variabel penting dalam pemahamn pendengar.
Sebagai komunikator, kita memiliki 4 jenis kosa kata fungsional yang sangat bervariasi ukurannya.
Jeniskosa kata dibedakan berdasarkan usia, saat seeorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
*. Sampai kira-kira seseorang mencapai usia 11 tahun kosa kata fungsional terbesar yang dimiliki adalah kosa kata simakan mendengar(listening vocabulary) artinya pengayaan kosa katanya pada fase ini diproleh dari kehidupan sehari-hari.
*. Setelah lewat usia 12 tahun, kosa kata simakan yang dimiliki seseorang umumnya dipengaruhi oleh hasil membaca (reading vocabulary).
Orang dewasa dikatakan memiliki kosa kata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata kosa kata sebesar 20.00 kata.
Langkah-langkah untuk meningkatkan kosa kata umum maupun kosa kata mendengar menurut Pauk sebagai berikut:
*. Menumbuhkan minat kata-kata baru berdasarkan maknanya dengan cara analisis struktur, yaitu mampu menganalisa struktur dan konteks kata.
*. Mempelajari makna kata-kata yang tidak lazim dari konteks-konteksnya.
2 jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal, yaitu:
*. Petunjuk semantik (makna kata).
Meliputi petunjuk sinonim, penjelas, deskripsi, contoh, kesimpulan, penjelas,pengalaman dan situasi.
*. Petunjuk sintaksis (struktur kalimat).
Berupa pola-pola penyusun kalimat yang menjadi penyusun suatu kalimat.

Persentase kegiatan berbahasa secara umum:
Berbicara 45%.
Menyimak 40%.
Menulis 9%.
Membaca 6%.

KETERAMPILAN MEMBACA.


1. Pengertian Membaca.
     Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat reseftif atau menerima. Begitu juga dengan keterampilan menyimak.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memproleh pesan yang hendak disampaikan dan dipergunakan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyajian kembali dan pembacaan sandi (kode) / bahasa rahasia (a recording and decoding proses). Pada sisi lain dikatakan juga bahwa membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.
Tingkat hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca sehingga makna bacaan tidak terletek pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading is brenging meaning to and getting meaning from printed or written material (membaca adalah memberikan makna yang terkandung dalam tulisan atau bahan tulisan). Membaca adalah memproleh serta memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulis.
2. Tujuan Membaca.
     Tujuan utama membaca adalah untuk mencari atau memproleh informasi mencakup isi dan memahami makna bacaan. Makna serat kali berhubungan dengan maksud tujuan atau intensifitas dalam membaca antara lain:
  • Reading for details or fact (membaca untuk menemukan atau memproleh perincian-perincian atau fakta-fakta). Contoh paparan suatu daerah.
  • Reading for squance or organization (membaca untuk menemukan atau mengetahui erutan atau kronologis susunan organisasi cerita). Contoh suatu bacaan yang terjadinya kasus pencurian.
  • Reading for main ideas (membaca untuk menemukan atau mengetahui ide utama). Contoh headline news.
  • Reading for inference (membaca untuk menemukan serta mengetahui tentang kualitas-kualitas suatu bacaan sehingga bisa disimpulkan). Contoh sinopsis.
  • Reading to classify (membaca untuk menemukan serta mengetahui hal-hal yang terdapat dalam tulisan atau bacaan sehingga bisa dikelompokkan).
  • Reading to evaluate (membaca untuk hal-hal yang terdapat dalam bacaan sehingga dinilai dan dievaluasi).
  • Readin to compare or contrast (membaca untuk menemukan perubahan-perubahan yang terjadi dalam cerita yang disesuikan dengan konsep kehidupan pembaca sehingga bisa membandingkan atau mempertentangkan).
 3 komponen membaca:
 a. Pengenalan abjab aksara atau tanda baca atau gambar.
 b. Pengkorelasian huruf.
 c. Meaning atau makna.
Membaca dengan metode SAS
Kalimat----Kata----Suku Kata----Huruf----kembali ke Kalimat.
Fonem-----Kata----Kalimat-----Frase---Klausa----Paragraf----Wacana.
Parafrase = menceritakan ide kata atau pengertian.
Leksikal = makna sebenarnya/denotasi.
Gramatikal = makna kiasan/konotasi.
Retorikal = arti yang muncul dalam pengucapan. Grafem = Tulisan.
3. Aspek-Aspek Membaca.
Aspek penting dalam membaca ada 2, yaitu:
  1. Mechanical Skills (keterampilan yang bersifat mekanik) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (Lower Order). Aspek ini mencakup:
  • Pengenalan huruf
  • Pengenalan unsur-unsur linguistik (Fonem/grafem, kata, fras, klausa, kalimat dan lain-lain).
  • Pengenalan hubungan korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis/to bark at print).
  • Kecepatan membaca bertaraf rendah.
  1. Comprehension Skills (keterampilan yang bersifat pemahamn) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (Higher Order). Aspek ini mencakup:
*. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan retorikal).
*. Memahami signifikansi makna (maksud dan tujuan pengarang serta reaksi          pembaca).
*. Evaluasi atau penilaian dari segi isi.
Kecepatan mambaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Afiks = Imbuhan.Terdiri dari infiks/sisipan e, l, m. Surfiks/akhiran kan. Konfiks/gabungan awalan dan akhiran Me-Kan.
4. Jenis-Jenis Membaca.
a. Oral Reading (Membaca Bersuara).
Merupakan suatu aktivitas yang merupakan alat bagi Guru, murid ataupun membaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta mamahami informasi pikiran dan perasaan seseorang pengarang.
Membaca nyaring yang baik menuntut agar si pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia harus melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar.
Pada membaca nyaring/Oral Reading selain penglihatan dan ingatan (visul dan memory) juga turut aktif ingatan pendengaran(AuditoryMemory) dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita (MotorMemory).
Keterampilan Yang Dituntut Dalam Kelas Nyaring:
Kelas 1.
*. Mempergunakan ucapan yang tepat.
*. Mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata).
*. Mempergunakan intonasi yang wajar agar mudah terpahami.
*. Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti titk (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!).
Kelas 2.
*. Membaca dengan terang, jelas.
*. Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi.
*. Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.
Kelas 3.
*. Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi.
*. Mengerti serta memehami bahan bacaan.
Kelas 4.
*. Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
*. Kecepatan dan suara 3 patah kata dalam 1 detik (3 kata/detik).
Kelas 5.
*. Membaca dengan pemahaman dan perasaan.
*. Aneka kecepatan membaca nyaring tergantung pada bahan bacaan.
*. Dapat membaca tanpa harus terus menerus melihat pada bahan bacaan.
Kelas 6.
*. Membaca dengan penuh perasaan dan ekspreai.
*. Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri dan mempergunakan frasa atau sususnan kata yang tepat.
Agar dapat membaca dengan baik, maka sang pembaca haruslah menguasai keterampilan-keterampilan persepsi (penglihatan dan daya tanggap) sehingga dia mengenal dan memahami kata-kata dengan cepat dan tapat.
Untuk itu sang pembaca biasanya mempergunakan berbagai cara:
*. Menyoroti ide-ide baru dengan mempergunakan penekana yang jelas.
*. Menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya.
*. Menerapkan kesatuan-kesatuan pikiran di dalam suatu kalimat dengan penyusunan kata-kata yang tepat dan baik.
*. Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan suaranya agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai.
*. Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tapat.
 B. Silent Reading (Membaca Dalam Hati).
Merupakan membaca dengan tidak bersuara atau bergerak baik bibir, kepal maupun jari.Membaca dalam hati terbagi 2, yaitu:
  1. Extensife Reading (membaca ekstensif).
Merupakan membaca denga tidak menggunakan penanganan yang begitu telitidan terperinci.
Extensif reading terbagi 3:
*. Survey Reading (membaca survey).
Merupakan membaca dengan mentelaah, mensurvey yang akan kita pelajari dengan jalan:
-. Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku.
-. Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam tersebut.
-. Memeriksa, meneliti bagan, skeme, outline buku tersebut.
Kecepatan dan ketepatan dalam membaca survey tujuannya erat dengan berhasil tidaknya dalam studi.
*. Skiming Reading (membaca sekilas).
Merupakan sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat, melihat untuk memproleh informasi penerangan dari bahan tertulis. Tujuannya:
-.  Untuk memproleh suatu pesan umum dari tulisan atau buku.
-.  Untuk menentukan hal-hal tertentu dari suatu bacaan.
-.  Untuk menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
*. Superfacial Reading (membaca dangkal).
Merupakan membaca untuk memproleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran yang tidak mendalam dari bahan bacaan. Tujuannya membaca untuk kesenangan seperti membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang. Misalnya cerpen, novel ringan dan sebagainya. Tidak dituntut pemahaman yang mendalam seperti membaca karya ilmiah, namun santai mengingatkan.

  1. Intensife Reading (membaca intensif).
Merupakan studi seksama, telaah telitik dan penanganan terperinci yang dilaksanakan dalam proses belajar.
Pada membaca dalam hati bukanlah hakikat keterampilan yang terlihat namun yang paling diutamakan adalah konsep pemahaman yang mendalam terhadap isi bacaan. Pada hakikatnya memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata-kata yang dapat dibaca dalam waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 patah kata dalam 1 detik. Adapun keterampilan yang dituntut adalah sebsgai berikut:
Kelas I.
*. Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan-gerakan bibir dan tanpa berbisik.
*. Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala.
Kelas II.
*. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir dan kepala.
*. Membaca lebih cepat secara dalam hati tinimbang secara bersuara.
KelasIII.
*. Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari dan tanpa gerakan bibir.
*.Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati.
*. Lebih cepat membaca dalam hati daripada bersuara.
Kelas IV.
*. Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
*. Kecepatan mata dalam membaca 3 patah kata dalam sedetik.
Kelas V.
*. Membaca dalam hati jauh lebih cepat tinimbang dibaca bersuara.
*. Membaca dengan pemahaman yang baik.
Membaca tanpa gerakan=gerakan bibir, kepala atu menunjuk-nunjuk dengan jari tangan.
*. Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati dan senang membaca dalam hati.
Kelas VI.
*. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir dan tanpa komat kamit.
*. Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran dalam bahan bacaan.
*. Dapat membaca 180 kata dalam 1 menit pada bacaan fiksi pada tingkat dasar.
Membaca intensif terbagi:
*. Membaca telaah isi(conten study reading) Terbagi:
-. membaca teliti.
-. membaca ide
-. membaca kreatif.
-. membaca pemahaman.
*. Membaca telaah bahasa (linguistic study reading). Terbagi:
-. membaca bahasa
-. membaca sastra.
#. Membaca telaah isi.
Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketelitian, pemahamn, kekritisan berfikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bacaan. Jenisnya adalah:
*. Membaca teliti.
Menuntut dan membutuhkan sebuah keterampilan antara lain:
-. Survey yang cepat untuk memperhatikan dan melihat organisasi dan perbedaan umum.
-. Membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan rincian-rincian penting.
-. Menemukan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel.
Menelaah Tugas.
Agar pelajaran yang diberikan lebih mantap serta lebih dipahami oleh siswa maka guru sering memberikan tugas atau PR yang harus dikasai atau diselesaikan.Yang harus dibiasakan dalam menyelesaikan tugas adalah dengan studi SQ3R, yaitu suatu metode yang mencakup 5 metode:
_. Survey/penelitian pendahuluan.
Periksalah keseluryhan tugas yang diberikan kepada Anda kemudian perhatikan judul dan sub judul. Bacalah sekilas paragraf pertama kemudiaan paragraf terakhir dan perhatikan gambar-gambar.Hal ini akan menolong pembaca dalam memahami bacaan tersebut.
_. Question/tanya.
Dalam survey yang kita lakukan terhadap tugas, kita menemukan hal yang melahirkan rasa ingn tahu misalnya mengenai diagram-diagram, gambar-gambar dan apa hubungannya dengan bacaan tersbut. Dengan demikian tentu saja membutuhkan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaanyang muncul sehingga kita harus melakukan kegiatan membaca dengan teliti dan seksama.
_. Read/baca.
Membaca dengan teliti dan seksama paragraf demi paragraf sehingga kita menemukan ide-ide utama atau pikiran-pikiran pokok yang terdapat dalam bacaan tersebut.
_. Recite/menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.
Membuat catatan-catatan penting dan mengingat ide-ide utama sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada dalam bacaan bisa diselesaikan dengan catatan-catatan yang kita gunakan dalam bahasa kita sendiri.
_. Refiew/meninjau kembali.
Merupakan langkah terakhir dengan memeriksa secara keseluruhan bagian-bagian yang telah dibaca dan menghubungkannya dengan pertanyaan-pertanyaan serta catatan-catatan yang dibuat sendiri.
*. Membaca pemahaman (reading for understanding).
Maksudnya untuk memahami bahan-bahan bacaan sehingga dapat diekspresikan kembali baik secara lisan maupun tertulis. Memerlukan kurun waktu yang lama, berkesinambungan dan menuntut keseriusan dari pembaca. Salah satu yang harus diperhatikan dalam membaca pemahamn adalah maksud-maksud yang tercetus dalam tulisan sehingga harus benar-benar dipahami pembaca, misalnya dalam membaca karya sastra.
*. Membaca kritis.
Merupakan sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif serta analisis dan bukan hanya mencari kesalahan. Disamping itu kemampuan membaca pemahaman merupakan dasar bagi pembaca kritis. Pada umumnya membaca kritis menuntut pembaca agar mereka dapat:
_. Memahami maksud penulis.
_. Memahami organisasi dasar tulisan.
Dapat menilai atau penyajian penulis atau pengarang.
Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari.
Meningkatkan minat baca, kemampuan baca dan berfikir kritis.
_. Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan.
_. Membaca majalah atau publikasi-publikasi periodik yang serius.
*. Membaca ide (reading for ideas).
Merupakan sejenis kegiatan membaca yang dilakukan untuk mencari, memproleh serta memamfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Suatu prinsip yang harus diingat, bahwa suatu sumber yang kaya akan ide merupakan dasar bagi komunikasi. Agar kita dapat mencari, maenemukan serta mendapatkan keuntungan dari ide-ide yang terkandung dalam bacaan, maka kita harus membuat dan berusaha agar diri kita menjadi pembaca yang baik (a good reader).
Kriteria pembaca yang baik (a good reader) adalah:
_. Tahu mengapa Ia membaca.
Syaratnya bahwa tahu dan sadar mengapa Ia membaca.
2 maksud umum yang paling umum adalah mencari informasi dan menikmati bacaan.
_. Memahami apa yang dibacanya.
Syarat ini merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa memahami benar-benar apa yang dibacanya dan hal ini menuntut perhatian,konsentrasi yang merupakan suatu kemampuan yang erat berhubungan dengan maksud.
_. Menguasai kecepatan membaca.
Kecepatan membaca bervariasi dan menyesuaikannya dengan sifat cetakan dan bahan bacaan. Disamping itu harus mengetahui beberapa hal:
~. Membaca sekilas.
~. Membaca dengan cepat (to scan), yaitu membaca segala sesuatu secara cepat untuk mencari hal tertentu yang diinginkan.
~. Membaca demi kesenangan yakni suatu cara mambaca yang melewati hal-hal yang kurang menarik dan membaca lambat-lambat hal-hal yang menarik.
~. Membaca dengan serius bahan-bahan yang penting dan tidak akn kehilangan sesuatu hal.
Semakin cepat seseorang membaca untuk memproleh pemahaman maka semakin berhasil pula studinya di Perguruan Tinggi.
_. Mengenal media cetak.
Harus mengenal bentuk-bentuk kontemporer media cetak yang meliputi:
~. Paperback/buku saku.
~. Media grafikal (komik, kartun, foto, penyajian statistik, peta, diagram dan lain-lain).
~. Majalh.
~. Surat kabar.
Dalam bentuk-bentuk kontemporer media cetak terpendam ide-ide yang dapat dimamfaatkan demi kemajuan hidup dan merupakan sumber yang tidak kunjung kering dengan bahan yang selalu segar.
#. Membaca Telaah Isi.
*. Membaca bahasa (Foreign Language Reading).
Tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata (Increasing Word Power) dan mengembangkan kosakata (Develoving Vocabulary).
Setiap orang mempunyai 2 jenis umum daya kata:
~. Dipergunakan dalam berbicara dan menulis, yaitu daya dalam memilih serta mempergunakan kata-kata yang mengekspresikan makna secara jelas dan tepat.
~. Dipergunakan dalam membaca dan menyimak, yaitu daya untuk menghadapi serta menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memproleh makna cukup dari kata-kata tersebut sehingga dapat dimengerti dan masuk akal.
Dalam memperbesar daya kata salah satu yang harus diketahui adalah ragam-ragam bahasa.
Secara garis besar ragam bahas adapat dibedakan atas:
~. Ragam formal atau resmi (dipakai saat-saat resmi contoh pidato kenegaraan, tulisan-tulisan akademis serta khotbah-khotbah resmi).
~. Bahasa informal atau tidak resmi (dipakai pada situasi yang tidak resmi, lebih banyak dipakai lisan daripada tulisan).
~. Bahasa percakapan/Colloguial language (bahasa yang umum dipakai dalam percakapan/bahasa yang telah biasa kita pakai semenjak kecil).
~. Bahasa kasar/Vulgar Language (bahasa yang tidak baku, bahasa orang yang buta huruf atau orang yang tidak berpendidikan. Bahasa ini dipergunakan dengan caranya sendiri yang konvensional dan tidak digunakan istilah-istilah baku).
~. Bahasa slang (bahasa yang ditujukan pada kelompok-kelompok khusus yang bersifat sementara yang tidak bisa digunakan untuk seterusnya).
*. Membaca Sastra.
Norma-norma dalam sastra adlah Ekstetik, sastra dan norma moral.
Sehingga baik bentuknya maupun isinya sama-sama indah, terdapat keserasiaan dan keharmonisan antara bentuk dan isinya.
Membaca sastra harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam karya sastra maka semakin mudah memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dengan bahasa sastra.