Minggu, 27 Maret 2011

KETERAMPILAN MENYIMAK.


1. Pengertian Menyimak.
   Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseftif atau menerima. Begitu juga dengan keterampilan membaca.
Menyimak adalah proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh pengertian dan pemahaman untuk mendapatkan informasi dan memahami isi pesan serta ujaran yang disampaikan sang pembicara.
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra indonesia,Natasasmita Hanafi, Drs.;1995:18).
Menyimak dapat didefenisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan (Djago Tarigan; 1991: 4).
Tahapan dalam menyimak:
~. Mendengarkan (masuknya informasi/ujaran ke telinga).
~. Memahami (informasi yang masuk ke otak dapat dipahami).
~. Menafsirkan ujaran secara keseluruhan.
~. Mengevaluasi (menilai informasi berdasarkan benar atau salah).
2. Tujuan Menyimak .
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami isi pesan dan ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut:
*. Untuk memproleh atau mendapatkan fakta.
*. Untuk menganalisis fakta.
*. Untuk mengevaluasi fakta.
*. Untuk mendapatkan inspirasi.
*. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri.
Yang diharapkan dari hasil menyimak adalah :
~. Memahami informasi dari berbagai laporan. Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan dan mengomentari berbagai laporan lisan dengan memberi kritik dan saran.
~. Memahami pembacaan puisi (tema, latar, suasana, bentuk, irama,imajinasi/khayalan, gaya bahasa) kemudian menanggapinya dari segi vokal, intonasi dan penghayatan.
~. Menjelaskan unsur-unsur keindahan dalam sebuah novel.
~. Memahami informasi dari berbagai sumber yang disampaikan secara lisan.
~. Memahami pembacaan teks drama.
~. Menyimpulkan isi drama melalui pembacaan test drama.
Fungsi menyimak:
~. Deskripsi (gambaran).
Ujaran pembicara menceritakan lebih banyak dan menginginkan pendengar mengetahui lebih banyak.
~. Orientasi.
Ujaran pembicara berorientasi terhadap suatu permasalahan dan meminta pendengar untuk mengungkapkannya.
~. Spontanitas.
Ujaran pembicara bersifat langsung dan membuat penyimak menangkap isi pembicaraan.
~. Empati.
Ujaran pembicara mencerminkan ketegasan.
~. Ekualitas.
Ujaran pembicara mencerminkan persamaan antar sesama.
~. Profesional.
Ujaran pembicara mencerminkan ketepatan dan kejelasan suatu hal.
Suasana menyimak yang bersifat bertahan dari ujaran sang pembicara:
~. Evaluatif.
Ujaran yang memancing penilaian dari menyimak. Contoh. Saya akan tunjukkan pada saudara bahwa saya benar.
~. Mengawasi.
Ujaran yang membuat si penyimak mengontrol bukan tidaknya.
~. Strategis.
Ujaran pembicara memasang kuda-kuda (berhati-hati).
Superior.
Ujaran pembicara mencerminkan tinggi hati.
~. Netral.
Sifat pembicara yang bersifat adil.
~. Pasti dan tentu.
Hubungan menyimak dengan keterampilan berbahasa lainnya (berbicara, menulis, membaca):
~. Menyimak dan berbicara (komunikasi langsung dan tatap muka).
~. Menyimak dan membaca (sama-sama bersifat reseftif atau menerima).
~. Berbicara dan menulis (sama-sama mengartikan makna dan bersifat produktif).
Sehingga ke-4 keterampilan berbahasa tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dan terjadi secara terus menerus dalam suatu kaitan yang tidak terputus serta silih berganti.
Pada dasarnya sebuah berita dikembangkan dari 6 pokok, yaitu 5W+1H (what, why, where, who, when, + How).
Menyimak itu sebenarnya adalah menyimak lafal, tekanan, intonasi, jeda,kalimat baku atau tidak baku.
Unsur terkecil bahasa berupa bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajarinya disebut fonologi. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia atau artikulasi.Dalam bentuk tertulis disebut huruf. Lambang ujaran dalam bahasa Indonesia ada 2, yaitu vocal dan konsonan. Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Cara meningkatkan menyimak antara lain:
~. Bersikap positif.
~. Bertindak respontif.
~. Mencegah gangguan-gangguan.
~. Menyimak dan mengungkapkan maksud pembicaraan.
~. Mencari tanda-tanda yang akan datang.
~. Mencari rangkuman pembicaraan terlebih dahulu.
~. Meminta bahan penunjang.
~. Mencari petunjuk-petunjuk non verbal (yang bukan benda).
Kendala dalam menyimak antara lain:
~. Keegosentrisan.
~. Keinginan dalam berdiskusi.
~. Ketakutan akan perubahan.
~. Keinginan menghindari pertanyaan.
~. Puas terhadap keterampilan eksternal (luar).
~. Pertimbangan prematur.
~. Kebingungan semantik (makna kata).
Gangguan menyimak dari:
~. Dalam (berupa pikiran-pikiran).
~. Luar (misalnya kebisingan sura kendaraan).
Tekhnik pelajaran menyimak:
~. Simak ulang ucap (dalam penalaran bahasa) seperti fonem, kata-kata mutiara untuk memperkenalkan kalimat, kata-kata mutiara, pribahasa dengan jelas dan tepat.
~. Identifikasi kata kunci (untuk mencari kalimat inti).
~. Merangkum atau menyimpul.
~. Kalimat topik
~. Menyimak.
~. Bisik berantai
~. Menyelasaikan cerita.
Model pembelajaran menyimak:
~. Non verbal (visual).
~. Lisan.
~. Tulisan.
Menurut Djago Tarigan tahun 1980 hal. 50-51 model pelajaran menyimak yang diterapkan untuk siswa SMP sebagai berikut:
~. Menyimak dengar.
~. Menyimak dengar/tanya (MDTA).
~. Menyimak dengar cerita (MDC).
~. Menyimak dengar suruh (MDS).
~. Menyimak dengar teriak (MDT).
~. Menyimak dengar bisik berantai (MDBB).
~. Menyimak dengar rangkum(MDR).
~. Menyimak dengar lakukan (MDL).
~. Menyimak dengar simpati (MDS).
~. Menyimak dengar kata simon (MDKS).
3. Jenis-Jenis Menyimak.
Pengklarifikasian menyimak sebagai berikut:
a. Berdasarkan Sumber suara. Penyimak dibagi 2, yaitu
~. Intrapersonal listening (menyimak intra pribadi). Contoh Menyimak ucapan sendiri di saat merenungi nasib.
~. Interpersonal listening (menyimak antar pribadi). Contoh Bercakap dengan teman.
b. Berdasarkan Cara penyimakan. Menyimak dibagi 2, yaitu
~. Extensive Listening (menyimak ekstensif) merupakan kegiatan menyimak yang tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian yang mendalam sehingga penyimak hanya memahami secara garis besarnya saja. Menyimak ekstensif meliputi:
*. Menyimak sosial.
*. Menyimak skunder.
*. Menyimak estetik.
~. Intensive Listening (menyimak intensif) merupakan kegiatan menyimak dengan perhatian, ketentuan dan ketelitian yang mendalam sehingga penyimak memahami semua bahan simakan dengan baik. Menyimak intensif meliputi:
*. Menyimak kritis.
*. Menyimak interogatif.
*. Menyimak penyelidikan.
*. Menyimak kreatif.
*. Menyimak konsentratif.
*. Menyimak selektif.
c. Berdasarkan Tujuan menyimak. Tidyman dan Butterfield membedakan menyimak ini menjadi 6:
*. Menyimak sederhana. Contoh percakapan dengan telepon.
*. Menyimak diskriminatif (menyimak untuk membedakan suara/perubahan suara.
*. Menyimak santai (menyimak untuk tujuan kesenangan,misalnya menyimak drama).
*. Menyimak informatif.
*. Menyimak literatur (menyimak untuk mengorganisasikan gagasan,misalnya membahas hasil temuan).
*. Menyimak kritis.
d. Berdasarkan Titik pandang aktivitas penyimak dibagi 2:
~. Menyimak bertaraf rendah/silent listening.
Merupakan kegiatan menyimak yang baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan perhatian dan menunjang pembicaraan yang bersifat non verbal. Seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian melalui ucapan ya, benar dan lain-lain.
~. Menyimak bertaraf tinggi/active listening.
Penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan.
e. Berdasarkan Taraf hasil simakan.Meliputi:
*. Menyimak kreatif dan apresiatif.
*. Menyimak kritis.
*. Menyimak terpusat.Contoh aba-aba.
*. Menyimak untuk membandingkan.
*. Menyimak organisasi materi (menyimak untuk mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan baik ide pokok maupun ide penunjang.
f. Berdasarkan Tujuan khusus meliputi:
*. Menyimak diskriminatif.
*. Menyimak untuk pemecahan masalah. Contoh konsultasi kepada psykolog.
*. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan.
*. Menyimak untuk belajar.
*. Menyimak untuk menghibur.
*. Menyimak untuk menilai.
*. Menyimak apresiatif.
Menurut Anderson dalam HG Tarigan yang termasuk dalam menyimak kritis antara lain:
~. Memperhatikan ujaran-ujaran yang tepat, kata-kata, pemakaian kata dan unsur kalimat.
~. Menyimak untuk membedakan antara fakta dan pendapat/opini.
~. Menyimak untuk mengumpulkan.
~. Menyimak untuk menarik kesimpulan.
~. Menyimak untuk menarikkeputusan-keputusan.
~. Menyimak secara objektif.
Menyimak marginal seperti menyimak radio,TV.
Menyimak sportif ---- mendukung, menunjang.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak.
a. Unsur pembicara.
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematisdan kontak dengan dengan penyimak juga harus bergaya menarik/bervariasi.
b. Unsur materi.
Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermamfaat, sistematis dan seimbang.
c. Unsur penyimak/Siswa.
*. Kondisi penyimak dalam keadaan baik.
*. Penyimak harus berkonsentrasi.
*. Adanya minat penyimak dalam menyimak.
*. Penyimak harus berpengalaman.
d. Unsur situasi.
*. Waktu penyimakan.
*. Saran unsur pendukung.
*. Suasana lingkungan.
5. Ciri-Ciri Penyimak Ideal.
Menurut Djago Tarigan ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut:
~. Berkonsentrasi (penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian pada materi yang disimak).
~. Bermotivasi (mempunyai tujuan tertentu sehingga menyimak dengan baik dan kuat.
~. Menyimak secara menyeluruh (secara utuh dan padu).
~. Menghargai pembicara.
~. Selektif (harus memilih bagian-bagian yang inti).
~. Bersungguh-sungguh.
~. Tidak mudah terganggu.
~. Cepat menyesuaikan diri.
~. Mengenal arah pembicaraan.
~. Kontak dengan pembicara.
~. Merangkum, menilai dan merespon.
6. Kegiatan menyimak.
a. Proses menyimak konfrehensif (Comprehension Listening proces).
Komponen yang termasuk dalam prose menyimak:
~. Rangsang bunyi.
(Weafer 91972) memasukkan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya sebagai tipe-tipe simbol bunyi yang dapat diterima dan dimaknai oleh penyimak.
~. Penerimaan alat peraga.
~. Perhatian dan penyelesaian.
~. Pemberian makna.
b. Fungsi menyimak konferehensif (Comferehension Listening):
Berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan selanjutnya mengaitkan antara satu pesan dengan pesan lainnya agar sampai pada pemahaman yang dikehendaki.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan berkaitan dengan menyimak konferehensif:
*. Memori.
*. Konsentrasi.
*. Perbendaharaan kata.
~ .Memori.
Fungsiya:
*. Menyusn arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas.
*. Memberikan stuktur baku terhadap pemahamn pada suatu aktivitas apabila konse-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain.
*. Memberikan arah/pedoman untuk mengingat pengalaman/pengetahuan dan informasi-informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Teori-teori yang menjelaskan tentang penyebab hilangnya (lupanya) informasi yang disimpan dalam memori:
#. Fuding theory (teori pemudaran).
Informasi yang tidak sering digunakan akan memudar/perlahan-lahan hilang.
#. Distortion  theory (teori penyimpangan).
Informasi yang mirip dengan informasi lainnya tidak bisa dibedakan, yang telah disimpan diingatan.
#. Superssion Theory.
Pesan akan hilang akibat hambatan multivasional (melukai).
#. Interference Theory (teori pencampuran).
Informasi yang telah ada/didapat sebelumnya akan bercampur dengan informasi yang baru didapat.
#. Processing Break Down Theory.
Tidak satupun dari bagian-bagian informasi dapat diingat tanpa menggunakan sistem pengkodean makna ganda (sistem coding ambigu).
Menurut penelitian manusia akan lebih mengingat informasi apabila:
*. Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupan.
*. Unik/tidak wajar (dianggap lain dari informasi lain).
*. Terorganisir.
*. Berupa informasi visual.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat meningkatkan daya mengingat, menurut Montgo Mery adalah:
*. Memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan daya ingat.
*. Meningkatkan konsentrasi terhadap suatu pesan.
*. Peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.
~. Konsentrasi.
Alasan pendengar tidak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan/penuturan adalah:
*. Kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang yang terlalu lama sehinnga keadaan seperti ini menuntutnya  membagi-bagi energi untuk memperhatikan berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada suatu rangsang saja.
*. Karena pendengar salah mengarahkan energi untuk memperhatikan (attention energy).
*. Kurangnya motivasi diri.
*. Kurangnya tanggung jawab.
Bentuk standar dan kesalahan penafsiran menurut Erving Goffman meliputi:
*. Kesadaran diri.
*. Kesadaran berinteraksi.
*. Kurangnya rasa ingin tahu terhadap apa yang sedang dibicarakan.
*. Pencakupan/pemenuhan eksternal, dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulasi/rangsangan luar.
~. Perbendaharaan kata.
Diasumsikan bahwa ukuran kosa kata merupakan variabel penting dalam pemahamn pendengar.
Sebagai komunikator, kita memiliki 4 jenis kosa kata fungsional yang sangat bervariasi ukurannya.
Jeniskosa kata dibedakan berdasarkan usia, saat seeorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
*. Sampai kira-kira seseorang mencapai usia 11 tahun kosa kata fungsional terbesar yang dimiliki adalah kosa kata simakan mendengar(listening vocabulary) artinya pengayaan kosa katanya pada fase ini diproleh dari kehidupan sehari-hari.
*. Setelah lewat usia 12 tahun, kosa kata simakan yang dimiliki seseorang umumnya dipengaruhi oleh hasil membaca (reading vocabulary).
Orang dewasa dikatakan memiliki kosa kata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata kosa kata sebesar 20.00 kata.
Langkah-langkah untuk meningkatkan kosa kata umum maupun kosa kata mendengar menurut Pauk sebagai berikut:
*. Menumbuhkan minat kata-kata baru berdasarkan maknanya dengan cara analisis struktur, yaitu mampu menganalisa struktur dan konteks kata.
*. Mempelajari makna kata-kata yang tidak lazim dari konteks-konteksnya.
2 jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal, yaitu:
*. Petunjuk semantik (makna kata).
Meliputi petunjuk sinonim, penjelas, deskripsi, contoh, kesimpulan, penjelas,pengalaman dan situasi.
*. Petunjuk sintaksis (struktur kalimat).
Berupa pola-pola penyusun kalimat yang menjadi penyusun suatu kalimat.

Persentase kegiatan berbahasa secara umum:
Berbicara 45%.
Menyimak 40%.
Menulis 9%.
Membaca 6%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar