Jumat, 22 Juli 2011

SEMANTIK


 SEMANTIK.
1. Pengertian Semantik.
Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk makna atu arti kata.
Sebuah bentuk baik frasa, klausa atau kalimat terdiri dari dua lapis:
*. Lapis bentuk.
*. Lapis makna.
Lapis ini ada baiknya tidak dikacaukan dengan lapis musis dengan lapis statis.
*. Lapis musis berupa intonasi kalimat, melody kalimat.sedangkan
*. Lapis tatis, yaitu unsur-unsur kata-kata yang membentuk kalimat.
Makna yang muncul pada tataran morfologi seperti bentuk meja dan meja tulis.
Makna yang muncul pada tataran sintaksis seperti meja tulis kepunyaan ayah dan sekarang sudah rusak.
2. Jenis-Jenis makna.
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual.
  1. Makna Leksikal
Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.
  1. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun.
Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
  1. Makna Generik
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit.
Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan.
  1. Makna Spesifik
Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit.
Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
  1. Makna Asosiatif
Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap.
  1. Makna Konotatif
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.

  1. Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa.
  1. Makna Stilistik
Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.
  1. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.
Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan.
  1. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal.
  1. Makna Kontekstual
Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
  1. Makna Gramatikal
Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
  1. Makna Tematikal
Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan 
14.  Makna Denotatif merupakan makna kata yang sebenarnya, makna yang belum terhubung dengan dengan factor-faktor lain.
15.  Makna deskriptif merupakan makna yang ditujukan oleh lembaga itu sendiri dan makna tersebut berlaku sesuai dengan keadaan masyarakat pemakai bahasa. Contoh tolong bawa air = air putih.
16.  Makna ekstensi merupakan makna yang mencakup semua ciri objek atau konteks, mencakup semua makna atau kemungkinan makna yang muncul dalam ide. Contoh mayat ditemukan tanpa kepala berarti hidung, mata , telinga wajah hilang tak bisa ditanya.
17.  Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap si pembicara terhadap apa yang dipikirkan atau yang dirasakan. Menjurus kepada rasa negative.
18.  Makna Greflekter adalah makna yang muncul dalam kalimat yang konseptual yang jamak, muncul reaksi kita terhadap makna yang baik. Tidak saja muncul karena sugesti, emotional tetapi juga yang berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu. Contoh pendidikan seks dalam keluarga.
19.  Makna Ideasional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Contoh: proses akselerasi pembangunan sudah saatnya kita laksanakan untuk itu partisipasi masyarakat sangat diharapkan. Akselerasi dan partisipasi = percepatan dan ide kerja sama.
20.  Makna Pictorial adalah
21.  Makna proporsional adalah makna yang muncul apabila seseorang membatasi pengertian tentang sesuatu. Contoh sudut siku-siku = 90◦, lancip = 60 derajad.
22.  Makna Pusat
23.  Makna Referensial
24.  Makna Sempit
25.  Makna Tekstual
26.  Makna Umum
Makna Dalam Kata.
 Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi. Kata adalah satuan ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi (cf. Ramlan, 1983:28). Dalam KBBI (Depdikbud:451) kata bermakna unsure bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, ujar, bicara, morfem atau kombinasi morfem yang bebas/dapat berdiri sendiri. Ciri kata menurut Bloomfield (1933:78) menggunakan kebebasan berdiri dendiri di dalam ujaran. Hockett (1958:167) menggunakan jeda dan dapat diisolasi. Reichling (1935:35) momen bahasa, dapat dipisahkan, dipindahkan dan ditukar. De Groot (1864:117) berpendapat cirri kata adalah berdiri sendiri dan bermakna.
Bentuk Kata.
Bentuk kata dalam BI adalah bentuk dasar atau leksem (lexem) yang bermakna leksikal, paduan leksem, bentuk berimbuhan, bentuk berulang, bentuk majemuk, bentuk yang terikat konteks kalimat, akronim dan singkatan..
Makna dalam leksem merupakan makna leksikal yang terdapat dalam leksem yang berwujud kata, yang makna leksikalnya dapat dicari dalam kamus. Ada leksem yang tidak dapat ditentukan makna leksikalnya sebelum diberikan imbuhan misalnya juang, alir, sandar d.l.l.Hal ini telah didaftarkan oleh Harimurti (1989:219-232)sebanyak 1,282 leksem.
Makna paduan leksem
Leksem = satu kata. Paduan leksem = dua kata atau lebih. Paduan leksem (kompositium) merupakan calon kata majemuk. Makna  Paduan leksem merupakan makna yang masih dapat dirunut atau ditelusuri dari unsure-unsur yang membentuknya.Misal daya juang, adi daya, abdi masyarakat d.l.l. Sedangkan makna kata majemuk gabungan dua morfem yang menimbulkan makna baru. Ciri-cirinya tidak dapat: diperluas, disela, diubah strukturnya, dan dijauhkan (cf. Alwi, dkk, 1993:165). Selain itu menurut (Harimurti (1989:104-105) 3 ciri yang membedakan kata majemuk dengan unsure yang lain, yaitu ketaktersisipan, ketakterluasan, dan ketakterbalikan. Misal rumah sakit, meja makan, jatuh bangun, bunuh diri, d.l.l.                                                                       
Kata majemuk berarti termasuk paduan leksem (kompositium) namun paduan leksem belum tentu termasuk kata majemuk.

           
A.      Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat).
Contoh:
rumah                    : bangunan untuk tempat tinggal manusia
makan                    : mengunyah dan menelan sesuatu
makanan               : segala sesuatu yang boleh dimakan
Makna leksikal kata-kata tersebut dimuat dalam kamus. Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).
Contoh:
berumah                                : mempunyai rumah
rumah-rumah       : banyak rumah
rumah makan       : rumah tempat makan
rumah ayah          : rumah milik ayah

B.      Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna dasarnya.
Contoh:
merah                    : warna seperti warna darah.
ular                         : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik.
Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna dasar                                        Makna tambahan
(denotasi)                                              (konotasi)
merah    : warna   ……………………….    berani; dilarang
ular         : binatang  ……………………..menakutkan/ berbahaya
Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi.
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif.
Contoh:
Konotasi positif                                    Konotasi negatif
suami istri                                              laki bini
tunanetra                                               buta
pria                                                         laki-laki
Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra.

C.      Hubungan Makna
1.       Sinonim
Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Contoh:
a.       yang sama maknanya
sudah  -  telah
sebab  -  karena
amat    -  sangat
b.       yang hampir sama maknanya
untuk – bagi – buat – guna
cinta – kasih – sayang
melihat – mengerling – menatap – menengok
2.       Antonim
Antonim ialah kata-kata yang berlawanan maknanya/ oposisi.
Contoh:
besar      ><  kecil
ibu          ><  bapak
bertanya                >< menjawab
3.       Homonim
Homonim ialah dua kata atau lebih yang ejaannya sama, lafalnya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:
bisa I      : racun
bisa II     : dapat
kopi I      : minuman
kopi II     : salinan
4.       Homograf
Homograf adalah dua kata atau lebih yang tulisannya sama, ucapannya berbeda, dan maknanya berbeda.
Contoh:
tahu        :  makanan
tahu        :  paham
teras       :  inti kayu, pejabat teras
teras       :  bagian rumah
5.       Homofon
Homofon ialah dua kata atau lebih yang tulisannya berbeda, ucapannya sama, dan maknanya berbeda.
Contoh:
bang dengan bank
masa dengan massa
6.       Polisemi
Polisemi ialah suatu kata yang memilki makna banyak.
Contoh:
a.       Didik jatuh dari sepeda.
b.       Harga tembakau jatuh.
c.        Peringatan HUT RI ke-55 jatuh hari Minggu.
d.       Setiba di rumah dia jatuh sakit.
e.       Dia jatuh dalam ujiannya.
7.       Hiponim
Hiponim ialah kata-kata yang tingkatnya ada di bawah kata yang menjadi superordinatnya/ hipernim (kelas atas).
Contoh:                  Kata bunga merupakan superordinat, sedangkan mawar, melati, anggrek, flamboyan, dan sebagainya merupakan hiponimnya. Hubungan mawar, melati, anggrek, dan flamboyan disebut kohiponim.

D.      Makna Idiomatis
Idiom ialah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan unsur makna yang membentuknya.
Contoh:
                    (1) selaras dengan              (2) membanting tulang
      insaf akan                              bertekuk lutut
      berbicara tentang                 mengadu domba
Pada contoh (1) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang, dengan kata-kata yang digabungkannya merupakan ungkapan tetap. Jadi, tidak tepat jika diubah atau digantikan, misalnya menjadi:
                                selaras tentang
insaf dengan
berbicara akan
Demikian pula contoh (2), idiom-idiom tersebut tidak dapat diubah misalnya menjadi:
membanting kulit
bertekuk paha
mengadu kambing

E.       Perubahan Makna
1.       Perluasan Makna (generalisasi)
Perluasan makna ialah perubahan makna dari yang lebih khusus atau sempit ke yang lebih umum atau luas. Cakupan makna baru tersebut lebih luas daripada makna lama.
Contoh:
makna lama                                          makna baru
bapak: orang tua laki-laki                  semua orang laki-laki yang lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi.
saudara: anak yang sekandung       semua orang yang sama umur/ derajat.

2.       Penyempitan Makna (Spesialisasi)
Penyempitan makna ialah perubahan makna dari yang lebih umum/ luas ke yang lebih khusus/ sempit. Cakupan baru/ sekarang lebih sempit daripada makna lama (semula).
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
sarjana                  : cendikiawan       .               lulusan perguruan tinggi
pendeta                 : orang yang berilmu           guru Kristen
madrasah              : sekolah                                sekolah agama Islam

3.       Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tingg/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna lama.
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
bung       : panggilan kepada orang laki-laki  panggilan kepada pemimpin
putra       : anak laki-laki                                      lebih tinggi daripada anak
juara       : menang dalam penyabungan ayam      berprestasi dalam perlombaan
4.       Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama.
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
bini: perempuan yang sudah dinikahi             lebih rendah daripada istri/ nyonya
bunting: mengandung                                        lebih rendah dari kata hamil

5.        Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru.
Contoh:
makna lama:                                         makna baru:
amplop  : sampul surat                       uang sogok/pelicin
bunga    : kembang                             gadis cantik
Mencatut: mencabut dengan catut   menarik keuntungan

6.       Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya.
Contoh:
suaranya terang sekali       (pendengaran penglihatan)
rupanya manis                     (penglihat perasa)
namanya harum                  (pendengar pencium)

F.       Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan kata khusus ialah kata yang sempit/ terbatas ruang lingkupnya.
Contoh:
Umum        :   Darta menggendong adiknya sambil membawa buku dan sepatu.
Khusus      :   Darta menggendong adiknya sambil mengapit buku dan sepatu.
Umum        :   Bel berbunyi panjang tanda pelajaran habis.
Khusus      :   Bel berdering panjang tanda pelajaran habis.

G. Lambang tetap, acuan berubah.
Disebabkan karena keterbatasan manusia, sedang di sisi lain manusia diburu oleh waktu untuk harus berkomunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam perkembangan bahasa, kadang-kadang terdapat lambang yang tetap (kata tetap) tetapi acuannya berubah. Misalnya
Kereta api dahulu memang dihubungkan dengan kereta yang benar-benar dijalankan dengan api atau kayu baker. KIni, meskipun kereta api tidak aijalankan lagi dengan menggunakan kayu bakar, lambangnya tetap yakni kereta api.
Layer, berlayar. Dahulu dihubungkan pergi ke tempat lain melalui laut, danau atau sungai dengan menggunakan perahu yang memakai layer. Kini, kata berlayar tetap dipertahankan meskipun orang berlayar tidak lagi menggunakan perahu yang memakai layer. Kini orang berlayar sudah menggunakan kapal laut atau perahu motor.
Kata pujangga, dahulu bermakna ular, kemudian bermakna sarjana. Kini, dihubungkan dengan keahlian menciptakan roman, novel, atau puisi. Memang, dewasa ini terdapat kata sastrawan, novelis, penyair tetapi kata pujangga belum hilang dari pemakaian.
Kata sejarah (bahasa arab sejar=ratu)semula bermakna pohon yang digunakan untuk menggambarkan silsilah keturunan raja-raja. Kini, lambing atau kata sejarah masih digunakan tetapi acuannya sudah lain missal sejarah Indonesia, sejarah Gorontalo d.l.l.
Kata penggembira. Bermakna orang yang bias mendatangkan kegembiraan bagi orang lain. Kini kata penggembira lebih banyak dihubungkan dengan mereka yang mengikuti musyawarah sesuatu organisasi, tetapi mereka ini tidak mempunyai hak untuk berbicara.
Urutan kata juru kunci pada waktu dahulu bermakna orang yang biasa memegang kunci tuan tanah atau pedagang besar yang pekerjaannya menutup dan membuka gudang penyimpanan barang. Kini, urutan kata juru k

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

PERUBAHAN MAKNA
Faktor-faktor yang memudahkan perubahan makna:
a.       Terjadi karena kebetulan.
Dulu, kata rawan berarti tulang rawan (muda &lembut), kini dihubungkan dengan kekurangan, seperti rawan pangan. Mudah menimbulkan gangguan keamanan (rawan perampokan, pencurian, dan rawan kecelakaan). Tempat yang tidak mendukung organisasi peserta pemilu, sehingga muncul urutan kata daerah itu rawan.
       b. Terjadi karena kebutuhan baru.
Misalnya kata car adalah puisi kuno untuk kata chariot (kereta perempuan), kini muncul kata car dalam bahasa Inggris yang maknanya bukan puisi kuno lagi. Dahulu kata berlayar bermakna menggunakan perahu layar untuk bepergian melalui laut, kini maknanya berubah. Orang yang bepergian dengan kapal laut dan pesawat terbang disebut berlayar meskipun keduanya tidak menggunakan layar.
b.      Terjadi karena tabu.
Tidak senonoh atau mengakibatkan malapetaka bila dilafalkan. Kata kakus kurang wajar diucapkan aplagi saat orang makan karena bisa membayangkan hal-hal yang menjijikkan. Sehingga kata kakus diganti dengan kamar kecil atau kamar belakang. Meskipun secara harfiah maknanya tidak sama dengan kakus, tetapi pemakai bahasa Indonesia sudah paham. Kata harimau tabu diucapkan oleh orang yang sedang mencari hasil hutan sehingga kata harimau diganti dengan kata nenek.
Menurul Ullmann (1972:192-197) Faktoryang memudahkan perubahan makna:
1.      Bahasa itu berkembang.
Dulu kata juara bermakna orang yang memimpin atau menang dalam penyabungan ayam (makna peyoratif), kini kata juara dihubungkan dengan orang yang mendapatkan peringkat dalam perlombaan, seperti juara MTQ, juara olahraga renang dll. (makna amelioratif).
2.      Makna kata itu kabur atau samar-samar maknanya.
Kata a lot berarti liat, tidak mudah putus. Dialek Jakarta a lot bermakn keras, kenyal misalnya daging. Dalam bahasa Jawa a lot berarti liat. Jika dihubungkan dengan tanah liat tentu tidak sesuai. Kini kata a lot bermakna lambat atau pelan. Contoh pembahasan rancangan undang-undang itu berlangsung a lot.
3.      Kehilangan motivasi (loos motivation)
Dulu kata ajang bermakna tempat untuk makan sesuatu, missal piring. Kini masih menunjukkan tempat, tetapi bukan tempat makan. Contoh ajang diskusi, ajang pertempuran dll.
4.      Adanya kata-kata yang bermakna ganda (polysemy).
Contoh kata lempung yang bermakna ringan atau lunak dan mudah patah missal kayu, bias juga bermakna lemah sekali, tidak berguna sedikit pun. (Depdikbud 1993:582).
5.      Dalam konteks yang membingungkan (in ambiguous countexts)
Contoh, mi, ini baru mi. Orang Ujung Pandang jika mengatakan mi, maka yang dimaksud bukanlah mi yang biasa dimakan, tetapi kata mi berfungsi sebagai penghalus. Seperti kata “ini mi! ini mi yang kau minta “. “Anak anjing Abdullah mati kemarin” siapakah yang mati? Karean konteks kalimat ini membingungkan.
6.      Struktur kosa kata.
Ada kata baru tetapi adapula kata yang hanya maknanya berubah.
Beberapa hal penyebab perubahan makna ( Ullmann (1972:198-210).
·        Faktor kebahasaan (linguistic causes)
Faktor ini meliputi fonologi seperti sahaya (budak) menjadi saya, morfologi seperti bermain menjadi bermain-main, sintaksis seperti Ali dipukul Dani berarti yang memukul adalah Dani, sebaliknya Dani memukul Ali, yang dipukul adalah Ali.
·        Faktor kesejarahan (historical causes)
Meliputi faktor objek, seperti perkembangan kata betina menjadi watina kemudian fon t berubah menjadi fon n sehingga menjadi wanita, faktor institusi, seperti RW dan RT dulu hanya dihubungkan dengan kerukuna antar warga dan tetangga, kini selain itu berkembang menjadi suatu institusi atau lembaga, faktor ide, seperti simposium. Dulu dihubungkan dengan ide untuk bergembira, kini dihubungkan dengan pertemuan ilmiah.
·        Faktor sosial
Seperti gerombolan, dulu maknanya orang yang berkumpul atau kerumunan orang (amelioratif/positif), kini kata ini kurang disukai karena selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau.
·        Faktor psykologi.
Dirinci menjadi faktor emotif (emotive factor), kata-kata tabu.
      Faktor kebutuhan kata yang baru.
       Faktor bahasa asing.
Bahasa Belanda aandeel (andil, saham), belasting (pajak), documentatie (dokumentasi), kans (seni, persuratkabaran. Bahasa Inggris distortion (distorsi, penyimpangan), incident (insiden, peristiwa), paper (kertas, kertas kerja).
Jenis Ambiguitas.
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) ; 1 sifat atau hal yang berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2 ketidaktentuan; ketidakjelasan; 3 kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; 4 kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: hlm.27).
Ambiguitas berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut ketaksaan (Alwi, 2002:36). Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Tidak dapat dipungkiri keambiguan yang mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi saat pembicaraan lisan ataupun dalam keadaan tertulis.
Saat pembicaraan lisan mungkin dapat diantisipasi dengan pengucapan yang agak perlahan, sedangkan untuk yang tertulis apabila kurang sedikit saja tanda baca maka kita akan menafsirkan suatu kalimat atau kata menjadi berbeda dari makna yang diinginkan oleh penulis. Dari sudut pandang linguistik murni, ada tiga bentuk ambiguitas, yaitu :
1.1 ambiguitas fonetik,
1.2 ambiguitas gramatikal
1.3 ambiguitas leksikal (Ullmann, diadaptasi Sumarsono, 2007:2002).
Berikut adalah penjelasan tentang ketiga jenis dari ambiguitas itu :
1.1 Ambiguitas pada tingkat fonetik (bunyi)
Ambiguitas pada tingkat ini terjadi karena membaurnya bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan. Terkadang kita bisa saja salah menafsirkan makna suatu kata atau frasa karena saat percakapan frasa atau kata itu terlalu cepat diucapkan. Misalnya :
a Kata ”kapan emas kawinnya?” dapat ditafsirkan salah bila kita tidak memperhatikan konteksnya. Apabila pengucapannya terlalu cepat, itu bisa ditafsirkan menjadi kapan emas kawin (benda) akan diberikan kepada pengantin misalnya atau mungkin penafsirannya ke arah kapan seseorang yang dipanggil mas (kakak laki-laki) tersebut akan menikah.
b Kalimat ”Yang berdiri di depan kakak ibu”. Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
1.2 Ambiguitas pada tingkat gramatikal
Ambiguitas gramatikal muncul ketika terjadinya proses pembentukan satuan kebahasaan baik dalam tataran morfologi, kata, frasa, kalimat ataupun paragraf dan wacana. Ambiguitas kata yang disebabkan karena morfologi akan hilang dengan sendirinya ketika diletakkan dalam konteks kalimat yang benar. Berikut adalah contoh ambiguitas gramatikal :
a. Ambiguitas yang disebabkan oleh peristiwa pembentukan kata secara gramatikal. Misalnya kata tidur setelah mendapat awalan pe- berubah menjadi penidur. ”Penidur”, kata ini dapat berarti orang yang suka tidur dan dapat juga berarti obat yang menyebabkan orang tertidur.
b. Ambiguitas pada frase. Contoh, orang tua dalam bahasa Indonesia dapat bermakna orang tua kita yaitu ibu dan ayah, atau orang yang sudah tua. Untuk menghindari ambiguitas ini, kita harus menambahkan unsur penjelas seperti: orang tuaku atau orang tuanya untuk frase yang mengacu kepada ayah dan ibu. Sedangkan untuk makna yang kedua dapat ditambahkan kata “yang” maka menjadi orang yang sudah tua.
1.3 Ambiguitas pada tingkat leksikal
Setiap kata dalam bahasa dapat memiliki makna lebih dari satu. Akibatnya, orang sering kali keliru menafsirkan makna suatu kata. Jadi, makna suatu kata dapat saja berbeda tergantung dari konteks kalimatnya sendiri. Seperti kata menggali yang digunakan dalam bidang perkebunan akan berbeda maknanya jika digunakan dalam bidang hukum atau keadilan. Contoh dalam kalimat: “petani sedang menggali tanah dibelakang rumahnya”. Akan berbeda maknanya dengan kalimat “Polisi sedang berusaha menggali informasi dari saksi mata”.

3 komentar: