Jumat, 22 Juli 2011

TEORI SASTRA


1. Pengertian Teori Sastra.
Ilmu sastra merupakan ilmu yang sangat tua usianya, berawal sebelum abad ke-13 SM, yaitu pada saat Aristoteles (384 -322 SM) menulis bukunya yang berjudul POETICA yang memuat tentang drama tragedi/kesedihan.
Kesusastraan = su + sastra + ke-an
su = indah atau baik. sastra = lukisan atau karangan. Jadi kesusastraan adalah segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan ditulis dengan bahasa yang indah.
Sastra (Jacob Sumardjo) adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikian, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona/rasa tertarik/terkesan dengan alat bahasa.
Teori sastra adalah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra.
Sedangkan sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari perkembangan sastra, pembabakan (pembagian ke dalam beberapa babak) sejarah sastra indonesia.
Manusia merupakan makhluk yang belajar (agama ...terarah, ilmu...mudah, seni...indah), dan menggunakan alat. Sedangkan hewan menggunakan insting seperti penyu.
Contoh pengungkapan seni melalui:
Gerakan (seni tari), gambar atau lukis (seni rupa), bunyi (seni musik), seni bahasa (sastra) seperti teks drama, puisi dan lain-lain. Pementasan drama bukan termasuk sastra karena sudah ada pencampuran seperti dekorasi, akting,mimik d.l.l.
2. Fungsi Sastra.
~. Fungsi rekreatif, yaitu memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembacanya.
~. Fungsi didaktif, yaitu mampu mengarahkan/mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
~. Fungsi estetis, yaitu mampu memberikan keindahan bagi pembacanya karena sifat keindahannya.
~. Fungsi moralitas, yaitu mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
~. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para pembaca.
3. Genre (jenis) Sastra.
a. Sastra Non Imajinatif.
Merupakan sastra yang lebih menonjolkan unsur kefaktualan daripada daya khayalnya dan ditopang dengan penggunaan bahasa yang cenderung denotatif. Terdiri atas:
*. Essei (karangan pendek biasanya berisi ilmiah/pengetahuan, sastra,dan populer/actual).
*. Otobiografi ( riwayat hidup pengarang sendiri dan ditulis sendiri). Contoh
Kenang-kenangan Hidup karya Hamka, Ujian Masa karya Nur Sutan Iskandar, Kenang-kenangan Hidup Pangeran Djajaningrat karya P. Ahmad Djajaningrat.
*. Biografi (riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain). Contoh
Ayahku karya Hamka, Riwayat Dokter Sutomo karya A. Wahid Rata, Diponegoro karya Mr. Moh Yamin.
*. Memoar (sepenggal riwayat hidup berisi pengalaman).
*. Catatan harian. Contoh Peristiwa Holocaust (pembantaian Yahudi).
*. Kritik.
*. Sejarah mengandung unsur imajinasi. Contoh penggambaran peperangan di Gunung Halimun.
*. Surat-surat yang memiliki nilai estetis/keindahan.
b.   Sastra Imajinatif.
Sastra imajinatif merupakan sastra yang lebih menonjolkan unsur khayali daripada unsur faktual, namun tidak terkesan dibuat-buat karena terjadi perpaduan proses pemikiran dan imajinasi. Terdiri dari:
*. Puisi terdiri dari puisi epik/yang bercerita, puisi lirik/yang menyuarakan isi hati, dan puisi dramatik/yang ditulis seperti teks drama.
*. Prosa/fiksi naratif terbagi 3: novel/roman, novelet/novel pendek, cerpen/short story.
*. Drama terbagi 2: drama prosa (tragedi, komedi,melodrama) dan drama puisi. Teks drama merupakan sastra karena diungkapkan lewat bahasa saja sedangkan theater tidak karena tidak melalui bahasa saja namun sudah diperagakan (akting, dekorasi, mimik d.l.l).
4. Perbedaan Prosa dan Puisi.
Prosa merupakan karangan bebas tidak terikat dengan bait, tidak memiliki irama, bahasanya cenderung denotatif. Sedangkan
Puisi merupakan bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama selalu terikat oleh kaidah seperti jumlah baris tiap-tiap baitnya, jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya, mempunyai irama karena ada rima, dan persamaan bunyi kata serta bahasa cenderung konotatif dan menimbulkan ambigu/banyak makna/makna multi ganda.
Penyair besar Indonesia: Amir Hamzah, Chairul Anwar, Willibrordus Surendra (W.S. Rendra).
5. Unsur Intrinsik dan Ektrinsik Karya Sastra.
a. Unsur Intrinsik.
Merupakan unsur yang menyusun/membangun karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Meliputi:
~. Isi.
*. Tema atau pokok persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra.
Tema mayor adalah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan sedangkan tema minor adalah tema yang tidak menonjol.
*. Amanat/makna/pesan adalah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra/pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Makna niatan yaitu makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya sedangkan makna muatan yaitu makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.
~. Bentuk/struktur.
*. Alur/plot.
Merupakan jalan cerita dari sebuah prosa yang wujudnya berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu saling berkaitan atau rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh.
Alur terdiri atas beberapa bagian:
-. Pola alur.
Perkenalan/awal yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
Pertikaian yaitu terjadinya konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
Perumitan/gawatan yaitu konflik tokoh-tokohnya semakin seru.
Klimaks/puncak yaitu saat puncak konflik diantara tokoh-tokohnya.
Peleraian yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
-. Jenis alur.
Secara kuantitatif.
Alur tunggal (menceritakan satu tokoh/tokoh saya dari awal s.d akhir.
Alur ganda (menceritakan banyak pelaku dari awal s.d akhir).
Secara kualitatif.
Alur erat (tidak bisa dipisahkan).
Alur longgar (bisa dibuang sebagian cerita tanpa mempegaruhi) contoh kisah 1001 malam.
*. Padaan atau pengarang membuat pembaca menjadi penasaran terhadap cerita.
*. Perwatakan dan Tokoh (pelaku).
Tokoh utama merupakan tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Terdiri dari 2 :
-. Tokoh datar (Flash Character) merupakan tokoh yang hanya menunjukkan satu segi misalnya baik atau buruk saja dari awal s.d akhir.
-. Tokoh bulat (Round Character) merupakan tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya (ada perkembangan).
Dari segi kejiwaan dikenal 2 tokoh:
-. Tokoh Intrvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya.
-. Tokoh Ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya.
Dalam karya sastra dikenal pula:
-. Tokoh protagonis tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
-. Tokoh antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya atau tokoh yang bertentangan dengan tokoh utama.
Perwatakan atau penokohan adalah tekhnik atau cara-caranya menampilkan tokoh, yaitu:
-. Secara analitik yaitu cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang/pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh secara langsung.
-. Secara dramatik yaitu cara menampilkan tokoh tidak secara langsung, tetapi melalui gambaran ucapan perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh lain dalam suatu cerita.
Percakapan ada 4 jenis yaitu:
-. Dialog adalah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh.
-. Duolog adalah cakapan antara 2 tokoh saja.
-. Monolog adalah bentuk cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi.
-. Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
Fungsi dialog:
Mendukung alur atau jalan cerita.
Mendukung karakter atau perwatakan pelaku atau tokoh.
Mendukung latar atau setting.
*. Latar atau Setting.
Merupakan tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Terdiri dari:
-. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Contoh di sungai terjadi tahun 60-an.
-. Latar sosial ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Contoh kelas ekonomi bawah, menengah, dan atas atau elit.
Pelataran adalah tekhnik atau cara-cara menampilkan latar.
*. Pusat Pengisahan (foint Of View).
Merupakan sudut pandang suatu cerita dikisahkan oleh pencerita/pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Pusat pengisahan ada 4:
-. Pengarang sebagai orang pertama. Contoh cerita dangan tokoh saya.
-. Pengarang sebagai tokoh bawahan (pengarang berada pada pelaku tambahan).
-. Pengarang sebagai orang ketiga (pengarang tidak terlibat dalam cerita namun duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
b. Unsur Ekstrinsik.  
Unsur ekstrinsik prosa fiksi adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra seperti nilai sosiologi, nilai kesejarahan, nilai moral, nilai psikologi. Ia merupakan nilai subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial,motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Pada gilirannya unsur ekstrinsik yang sebenarnya ada di luar karya sastra itu, cukup membantu para penelaah sastra dalam memahami dan menikmati karya yang dihadapi. Pengalaman mendalam dan pengenalan unsur ekstrinsik tersebut memungkinkan seseorang penelaah mampu ,menginterpretasikan karya sastra dengan lebih tepat.
Unsur tingkat nilai penghayatan dalam prosa fiksi adalah neveau anorganik, neveau vegetatif, neveau animal, neveau humanis, dan neveau metafisika/ transendental.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar